Salin Artikel

Kisah Aning Rawat 60 Anak Panti Asuhan dengan Jualan Tahu Petis di Kota Semarang

SEMARANG, KOMPAS.com - Puluhan anak-anak terlihat antusias memproduksi tahu petis di panti asuhan yang berada di Delta Mas VII nomor 56, Kuningan, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Mereka mempunyai tugas masing-masing.

Sebagian, ada yang memproduksi tahu petis sementara yang lainnya bertugas membungkus tahu petis.

Panti asuhan yang diasuh oleh Aning tersebut mulai mencoba untuk memproduksi tahu petis sejak pandemi karena donatur sepi.

Swadaya melalui bisnis tahu petis adalah satu-satunya cara agar puluhan anak-anak yang ada di panti asuhan tersebut kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi.

"Kalau tak swadaya tahu petis terus mau makan apa anak-anak ini. Jumlahnya ada sekitar 60 anak asuh di sini," kata Aning, saat ditemui di Panti Asuhan Rumah Shalom yang diasuhnya, pada Sabtu (9/7/2022).

Anak panti diajarkan wirausaha

Dengan usaha tahu petis itu, kini panti asuhan tersebut justru bisa mandiri. Anak-anak yang tinggal di panti asuhan juga bisa lebih produktif.

Mereka diajarkan untuk berwirausaha sejak dini, mulai dari memproduksi hingga pemasaran.

Pemegang media sosial tahu petis yang diberi merek "Bu Aning" itu juga anak panti.

"Harapannya setelah keluar dari panti nanti mereka bisa membuka lapangan pekerjaan dengan berbisnis," ujar dia, sambil menunjukkan proses produksi tahu petis.

Penghasilan dari jualan tahu petis itu, akan digunakan untuk biaya keperluan anak asuh mulai dari sekolah hingga keperluan sehari-hari.

Saat ini, dia bisa bernapas lega. Awalnya, Aning mengaku sulit tidur selama berminggu-minggu karena memikirkan kebutuhan anak asuh ketika sepi donasi.

"Sekarang sudah bisa jalan, awalnya berpikir keras sampai susah tidur karena sepi donasi saat pandemi Covid-19," ujar dia.


Hampir putus asa

Dia mengaku, hampir putus asa karena tak ada pemasukan untuk membiayai kebutuhan anak asuhnya. Aning beruntung ada suami yang menguatkannya.

"Hampir putus asa, beruntung suami saya selalu mendukung saya," ujar dia.

Selain pengelolaan media sosial, bagian keuangan dan administrasi juga dipegang secara langsung oleh anak asuhnya. Aning bertugas sebagai pemantau dan pembimbing.

"Kami mulai bisnis sejak 2019 dan sekarang sudah anak-anak semua ini yang pegang," imbuh dia.

Awalnya, dia sempat ragu jika usaha tahu petis tersebut dianggap hanya memanfaatkan anak Panti Asuhan Rumah Shalom.

"Ya sempat berkecil hati takut kalau nanti usaha itu mati dan dianggap memanfaatkan anak-anak panti," papar dia.

Satu boks isi 11 tahu petis dia jual mulai Rp 35.000. Sementara, untuk tahu petis yang menggunakan vocum Rp 43.000 per boks.

"Yang pakai vocum itu bisa bertahan hingga 10 hari," ungkap dia.

Dalam satu hari, Panti Asuhan Rumah Shalom bisa memproduksi sekitar 100 boks.

Tahu petis "Bu Aning" bisa dipesan melalui offline dan online.

"Kalau keuntungannya lumayan bisa menambal kebutuhan anak-anak," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/09/170226278/kisah-aning-rawat-60-anak-panti-asuhan-dengan-jualan-tahu-petis-di-kota

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke