Kala itu, ia sadar betul, jika domba lebih memiliki ketahanan tubuh yang kuat dibanding sapi potong dan sapi perah.
Ia dan yang lainnya mulai keliling ke pelbagai tempat di Kabupaten Bandung, terutama ke wilayah Kecamatan Cilengkrang untuk menemukan obat sementara.
"Saya keliling tuh, cari-cari informasi, akhirnya ada di Cilengkrang, lumayan ternyata lebih cepat proses penyembuhan," katanya.
Pemerintah Kabupaten Bandung sendiri saat itu masih belum bertindak. Hal ini membuat ia harus berkelana demi menyelematkan hewan ternaknya yang tersisa.
"Kan waktu itu, vaksin dan lainnya belum ada, baru soal pendataan saja, jadi masa saya mau nunggu, saya cari tahu sendiri ke teman lama dan sesama peternak," beber dia.
Baca juga: Jelang Idul Adha, Vaksinasi PMK di Jateng Capai 62 Persen
Perjalanannya membuahkan hasil, ia mendapatkan ilmu baru ihwal menjaga kebersihan kandang saat PMK menyerang.
"Pake sitrun dan formalin, jadi untuk luka di mulut, saya masukin sitrun ke penyemprotan kemudian saya semprot mulut hewannya, nanti dijilati dan sembuh," ungkapnya.
Khusus formalin, lanjut dia, ia semprotkan ke bagian kaki. Pasalnya, sumber penyakitnya ada di air liur.
"Jadi air liurnya kalau jatuh, terus diinjak pasti langsung kena, makanya saya semprot pake formalin atau sitrun," bebernya.
Sedangkan untuk ketahanan tubuh, Arifin mencampurkan olahan kunyit, gula merah, dan telur.
"Nah, olahan itu lebih ampuh dari pada antibiotik, jadi sampai hari ini saya pake itu," ujarnya.
Pun dengan kebersihan kandang, ia sengaja membersihkan kandang menggunakan formalin agar kandang tetap higenis.
Penjualan Mengurang
Setelah menggunakan olahan herbal untuk proses penyembuhan hewan, barulah Dinas Pertanian Kabupaten Bandung mulai mengecek dan memastikan hewan ternaknya negatif PMK dan layak jual.
"Udah ini mah udah dari peternaknya udah dicek kesehatannya, saya juga ngambilnya ga asal makanya ini gemuk-gemuk. Ini domba ngambilnya di Ciwidey," kata Arifin.