Salin Artikel

Jatuh Bangun Penjual Hewan Kurban di Bandung, Rugi Ratusan Juta karena PMK hingga Keliling Cari Alternatif Penyembuhan

BANDUNG, KOMPAS.com - Menjelang Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah, upaya Zaenal Arifin (44) pedagang hewan kurban di tengah terjangan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) patut diacungi jempol.

Kenapa tidak? pedagang yang berjualan hewan kurban domba di Jalan Cikambuy Hilir, Desa Sangkanhurip, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ini seolah tak mau menyerah terhadap PMK.

"Mau gimana lagi, namanya cari rezeki, sekalipun ada konsekuensinya, harus terus diupayakan," katanya kepada Kompas.com, Jumat (8/7/2022).

PMK yang datang tak terduga sempat membuatnya kebingungan. Sebab sejak tahun-tahun sebelumnya, ia dan peternak lain sudah mempersiapkan diri berjualan pada Idul Adha tahun ini.

"Ya para peternak juga udah ngitung, hewan kurban yang akan dipanen nantinya, taunya gagal karena PMK, mau gimana lagi," ujarnya.

Tak sampai di situ, Arifin harus rela kehilangan banyak materi dalam waktu yang cepat.

Bukan tanpa alasan, domba dan sapi yang sudah ia siapkan untuk dijual, satu persatu mulai terjangkit PMK.

"Kalau habis sih enggak, ini yang sekarang itu hasil dari kita pelihara baik-baik lah. Cuma yang sebelumnya sudah jadi jagoannya gitu, satu satu tumbang," terangnya.

Arifin tidak sendirian dalam menyiapkan dagangan hewan kurban. Bersama sanak saudaranya yang lain, ia terus mengupayakan yang terbaik.

"Saya harus rugi ratusan juta, gak bisa menyebut nominalnya saya. Tapi ya gotong-royong saja sama saudara mulai lagi dari awal, yang masih ada dirawat," ungkapnya.

Ratusan ekor sapi dan domba dari pelbagai peternak yang dititipkan padanya, positif terjangkit PMK.

Saat itu, ia sudah beranggapan bahwa usahanya berdagang hewan kurban serta saudaranya yang beternak sudah mendekati akhir.

"Gimana gak panik, saya sama saudara juga selain ngurus yang milik pribadi juga ngurus yang orang, satu persatu kena, saya udah berfikir buruk saja bahwa harus ganti rugi besar, tapi alhamdulillah semuanya paham, karena ini menyeluruh," beber dia.

Mencari Alternatif Penyembuhan

Pengalaman yang Arifin miliki tentang bagaimana mengurusi hewan kurban, baik domba atau sapi, nyatanya membuahkan hasil.

Kala itu, ia sadar betul, jika domba lebih memiliki ketahanan tubuh yang kuat dibanding sapi potong dan sapi perah.

Ia dan yang lainnya mulai keliling ke pelbagai tempat di Kabupaten Bandung, terutama ke wilayah Kecamatan Cilengkrang untuk menemukan obat sementara.

"Saya keliling tuh, cari-cari informasi, akhirnya ada di Cilengkrang, lumayan ternyata lebih cepat proses penyembuhan," katanya.

Pemerintah Kabupaten Bandung sendiri saat itu masih belum bertindak. Hal ini membuat ia harus berkelana demi menyelematkan hewan ternaknya yang tersisa.

"Kan waktu itu, vaksin dan lainnya belum ada, baru soal pendataan saja, jadi masa saya mau nunggu, saya cari tahu sendiri ke teman lama dan sesama peternak," beber dia.

Perjalanannya membuahkan hasil, ia mendapatkan ilmu baru ihwal menjaga kebersihan kandang saat PMK menyerang.

"Pake sitrun dan formalin, jadi untuk luka di mulut, saya masukin sitrun ke penyemprotan kemudian saya semprot mulut hewannya, nanti dijilati dan sembuh," ungkapnya.

Khusus formalin, lanjut dia, ia semprotkan ke bagian kaki. Pasalnya, sumber penyakitnya ada di air liur.

"Jadi air liurnya kalau jatuh, terus diinjak pasti langsung kena, makanya saya semprot pake formalin atau sitrun," bebernya.

Sedangkan untuk ketahanan tubuh, Arifin mencampurkan olahan kunyit, gula merah, dan telur.

"Nah, olahan itu lebih ampuh dari pada antibiotik, jadi sampai hari ini saya pake itu," ujarnya.

Pun dengan kebersihan kandang, ia sengaja membersihkan kandang menggunakan formalin agar kandang tetap higenis.

Penjualan Mengurang

Setelah menggunakan olahan herbal untuk proses penyembuhan hewan, barulah Dinas Pertanian Kabupaten Bandung mulai mengecek dan memastikan hewan ternaknya negatif PMK dan layak jual.

"Udah ini mah udah dari peternaknya udah dicek kesehatannya, saya juga ngambilnya ga asal makanya ini gemuk-gemuk. Ini domba ngambilnya di Ciwidey," kata Arifin.

Kendati begitu, diakuinya penjualan hewan kurban di masa PMK cukup berkurang. Ia menduga, para pembeli masih sedikit takut terhadap hewan ternak.

"Kalau penjualan agak kurang memang, pembeli agak lambat, mungkin memang pada takut. Biasanya mah dari jauh-jauh hari sebelum kurban udah pada laku, misalnya seperti sekarang tinggal beberapa hari lagi kalau normal mah pasti sisa dikit lagi," ungkapnya.

Arifin menjelaskan, harga domba mengalami kenaikan harga yang signifikan. Lantaran barang (domba) susah didapatkan.

"Kalau harga justru naik, soalnya dari peternaknya memang sudah naikin harga, susah barangnya (domba) memang. Biasanya normal harga dari peternak Rp 2,2 - 2,4 juta, sekarang Rp 2,8. memang naik Rp 300 - 400 ribu," tuturnya.

Ia sendiri menjual domba dengan harga yang variatif tergantung ukuran domba.

"Tergantung badannya, kalau yang kecil kayak gini harga Rp 2,5 - 2,7 kalau yang gede ini Rp 3 - 3,5 juta," katanya.

Lima hari jelang Idul Adha, ia dan penjual yang lain di Cikambuy sudah mengantongi tanda kesehatan dari Dinas.

Dengan adanya izin atau tanda kesehatan tersebut, ia berharap para pembeli tak ragu dengan barang dagangannya.

"Jadi keuntungan mah emang jauh turunnya biasanya bisa puluhan juta di musim kurban, sekarang mah belum nyampe, jadi ya semoga aja ini besok-besok bisa pada ke jual, kita mah nunggu aja," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/08/131959178/jatuh-bangun-penjual-hewan-kurban-di-bandung-rugi-ratusan-juta-karena-pmk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke