YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul, DI Yogyakarta, meningkatkan program Sehat Ekonomi Meningkat karo (dengan) Jamu (Seroja).
Sebanyak 12 puskesmas memberikan pengobatan menggunakan jamu.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyampaikan, program Seroja bisa menyebabkan efek sehat. Selain itu, juga meningkatkan perekonomian.
"Selama ini puskesmas hanya pakai obat-obatan kimia, sekarang ini sudah kami tetapkan ada 12 puskesmas di Bantul menggunakan jamu tradisional untuk treatment pasien," kata Halim, kepada wartawan di Bantul, pada Selasa (5/7/2022).
Baca juga: Jokowi Membeli Sapi 1 Ton di Bantul Seharga Rp 125 Juta
Dia mengatakan, jamu yang diberikan harus tersertifikasi dan mendapatkan rekomendasi dari BPOM, hingga disahkan Kementerian Kesehatan.
Politisi PKB ini mengatakan, pengobatan menggunakan jamu tradisional ini karena efek sampingnya lebih sedikit dibandingkan obat kimiawi.
"Kami masukkan ke sistem layanan ini jamu tradisional yang efek sampingnya minimal," ucap dia.
Sementara, dari sisi perekonomian bisa menyerap tenaga kerja jamu.
"Jamu dulu itu cair, diseduh dan diminum. Nah, saat ini jamu bisa berupa kapsul, bubuk, selai bahkan lulur masker," ucap Halim.
"Dulu (penggunaan jamu) memang jadi polemik, apakah itu boleh atau tidak tapi sekarang sudah diyakini kalau itu ada khasiatnya dan sudah diuji secara klinis," kata Halim.
Halim menyebut, penggunaan jamu untuk layanan kesehatan untuk pelengkap obat.
Dokter akan menganalisa apakah bisa menggunakan jamu atau tidak. Atau pengguna jamu dan obat.
"Jadi jamu sebagai complement bukan subtitusi. Tapi, tetap akan kita konsultasikan ke Kementerian Kesehatan, karena layanan kesehatan ada standardisasi ya," kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul Agus Budi Raharja mengatakan, pengembangan pelayanan kesehatan tradisional atau tradisional complement sudah berjalan sejak 2020 lalu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.