Eman menilai, kemunduran pendidikan di Kokonao tak terlepas dari kebijakan pemerintah mengnhentikan bantuan dari luar negeri. Hal ini membuat pelayanan dan perhatian terhadap pendidikan di Papua mengalami kemunduran.
“Kemunduran pendidikan di Papua, khususnya Kokonao lantaran banyak bantuan luar negeri yang diberhentikan hingga saat ini. Meskipun ada dana Otonomi Khusus (Otsus), tetapi tidak berjalan maksimal seperti adanya dana dari luar negeri dahulu,” ujarnya.
Sementara itu, selaku pensiunan guru di Mimika, Petrus Yanwarin mengungkapkan, kemunduran pendidikan di Kokonao dan wilayah lainnya di Mimika karena adanya persaingan antara sekolah swasta dan sekolah negeri.
Ia mencontohkan sekolah dari Yayasan Katolik yang sudah ada di Mimika sejak 1928. Namun, di kampung-kampung justru dibangun sekolah negeri milik pemerintah.
Baca juga: Di Hadapan Delegasi W20, Kapolda Papua Barat Mengaku Memperhatikan Kesetaraan Gender
“Seharusnya sekolah Yayasan yang ada bisa diperkuat oleh pemerintah dengan memberikan support berupa dana. Bukan justru mendirikan sekolah pemerintah yang justru membuat persaingan. Hal inilah yang membuat kemunduran pendidikan di Papua,” ujarnya.
Selain munculnya sekolah negeri, guru-guru pegawai negeri sipil yang sebelumnya mengjar di sekolah swasta ditarik kembali. Mereka kini mengajar di sekolah negeri.
“Saya kira hal inilah yang harus dipikirkan oleh pemerintah dan pihak Yayasan, sehingga pendidikan di Papua, khususnya di wilayah Mimika bisa kembali berkembang dan berjasa seperti dahulu. Terutama sekolah pendidikan di Kokonao,” jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.