Fasilitas Pendidikan yang Kian Lengkap
Kini, fasilitas pendidikan Kokonao terbilang lengkap. Jurnalis Kompas.com berkesempatan mengunjungi langsung Kampung Kokonao dan melihat secara dekat pendidikan di kota tua tersebut.
Tak heran, Kokonao disebut sebagai salah satu kampung peradaban pendidikan di Bumi Cenderawasih. Terdapat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bintang Laut Kokonao yang dikelola oleh Gereja Katolik Paroki Bintang Laut Kokonao.
Lalu, SD Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) Santo Fransiskus Xaverius Kaokanao-Mimika Barat, SMP YPPK Lecocq D’armandville Kaokanao-Mimika Barat, dan SMA Negeri 3 Mimika.
Selain sekolah, terdapat juga sekolah berpola asrama di Kokonao. Terdapat dua gedung asrama bagi putra yang diberi nama Asrama Putra BIntang Kejora di kampung tersebut.
Sementara asrama khusus putri bernama Asrama Putri Bintang Kejora Kokonao-Mimika Barat yang berada di dalam perkampungan.
Gedung sekolah yang dibangun para misionaris dan guru-guru pertama bersama masyarakat di Kampung Kokonao telah termakan usia. Bangunan itu dibangun kembali oleh PT Freeport Indonesia melalui Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro.
Gedung sekolah dan asrama putra dan putri yang ada di Kokonao saat ini telah direnovasi oleh PT Freeport Indonesia melalui YPMAK sebagai bentuk proteksi terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui pembangunan sarana dan prasarana sekolah.
Pemerhati pendidikan di Papua, Emanuel Petege mengatakan, Kokonau sejak dulu melahirkan guru-guru asli dari Mimika. Para guru itu menjadi perintis dan pionir bagi wilayah pegunungan Papua.
Baca juga: Apa Itu Noken? Filosofi, Kegunaan, hingga Cara Membuatnya...
Anak-anak asli Mimika banyak menjadi guru penginjil dan guru sekolah bagi wilayah pegunungan di Meepago, Lapago, Domberai dan Bomberai. Mereka mengabdi tanpa mengeluh dan bertahan dengan keadaan apa adanya di kampung.
Namun, kata pria yang akrab disapa Eman itu, semangat pengabdian itu kini telah hilang. Apalagi, setelah pusat pemerintahan dibuka di Mimika.
Setelah ada PT Freeport, masyarakat Amungme di Lembah dan Gunung Sinai, Bantu, Alabawa, dan Jinai, kebanyakan dipindahkan ke Kwamki Lama. Mereka dibuatkan permukiman di wilayah itu.
Lalu, pemerintah mendatangkan masyarakat dari Pulau Jawa yang ikut program Transmigrasi. Pelan-pelan, Timika menjadi kota besar dan ramai.
Hal ini membuat semangat pendidikan yang dirintis oleh misionaris di wilayah Kokonao dan sekitarnya yang ada di Kabupaten Mimika sudah mulai terkikis dan sudah mulai hilang satu per satu.
“Anak-anak Mimika (Kamoro) juga kita lihat hanya satu dua orang saja yang tampil, tetapi tidak semuanya mereka berhasil seperti dahulu kala saat pusat pendidikan masih di Kokonao,” beber Eman.