KOMPAS.com - Danau Kaco merupakan sebuah kenampakan alam di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Provinsi Jambi.
Danau Kaco terkenal sebagai salah satu destinasi wisata alam yang memiliki air yang jernih berwarna kebiruan seperti kaca.
Baca juga: Legenda Danau Kerinci, Kisah Sedih Calungga dan Calupat yang Harus Terpisah
Pada malam hari atau ketika bulan purnama, dasar Danau Kaco disebut akan mengeluarkan cahaya tak seperti danau pada umumnya.
Baca juga: Asal-usul Danau Laut Tador, Berisi Air Mata Anak yang Disia-siakan Orang Tuanya
Konon di balik keindahan Danau Kaco, terdapat sebuah legenda yang tentang Raja Gagak dan putrinya. Berikut adalah cerita singkat tentang Legenda Danau Kaco.
Baca juga: Asal-usul Danau Singkarak dan Sungai Ombiln
Alkisah di sebuah daerah di kaki Gunung Kerinci berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin Raja Gagak.
Raja Gagak dikaruniai seorang putri yang cantik jelita bernama Putri Napal Melintang.
Kecantikan sang putri tersohor ke penjuru negeri, sehingga banyak pemuda yang datang untuk meminangnya.
Pemuda yang datang pun bukan orang biasa, namun juga para pangeran yang ingin mengambil hati Putri Napal Melintang agar mau menjadi permaisuri.
Putri Napal Melintang tidak dapat memilih siapa pria yang beruntung meminangnya sehingga menyerahkan semua keputusan tentang jodohnya kepada sang ayah.
Tanpa diketahui siapapun, Raja Gagak pun telah jatuh cinta karena terus melihat kecantikan anaknya sendiri.
Raja Gagak yang tak ingin Putri Napal Melintang dipinang oleh orang lain mulai mencari alasan dengan membuat sebuah sayembara untuk memilih calon menantunya.
Pangeran yang membawa harta yang paling banyak akan direstui Raja Gagak untuk meminang Putri Napal Melintang.
Tentu hal ini disambut dengan antusias oleh para pangeran, mereka berbondong-bondong datang menyerahkan berbagai hantaran berupa emas dan permata untuk Putri Napal Melintang.
Tanpa mereka ketahui, Raja Gagak ternyata sangat tamak dan ingin menguasai semua harta dan Putri Napal Melintang untuk dirinya saja.
Namun seiring berjalannya waktu para pangeran terus bertanya tentang nasib pinangan dan hantaran yang telah diterima oleh Raja Gagak.