KOMPAS.com - Dahau Maninjau di Kabupaten Agam, Sumatera Barat tidak hanya terkenal karena keindahannya, namun juga legenda dibaliknya.
Legenda ini dipercaya menjadi asal muasal terbentuknya danau vulkanik seluas 94,5 kilometer persegi.
Baca juga: Legenda Si Pahit Lidah, Cerita Rakyat dari Sumatera Selatan: Pesan Moral dan Letak Makam
Tak banyak yang tahu, bahwa nama nagari di sekitar Danau Maninjau pun diambil dari nama tokoh di legenda ini.
Diceritakan secara turun temurun, asal-usul Danau Maninjau ini menarik untuk disimak kembali.
Baca juga: Dongeng Situ Bagendit, Cerita Rakyat dari Jawa Barat: Pesan Moral dan Letak
Alkisah pada suatu masa berdiri tegak sebuah gunung bernama Gunung Tinjau. Gunung Tinjau memiliki kawah yang sangat luas, namun dalam waktu singkat berubah menjadi sebuah danau yang indah.
Kejadian tersebut tak lepas dari legenda setempat, yaitu tentang ulah dari Bujang Sembilan.
Bujang sembilan adalah sebutan untuk sembilan bersaudara lelaki yang tinggal di sebuah kampung kaki Gunung Tinjau.
Bujang Sembilan terdiri dari Kukuban, Kudun, Bayua, Malintang, Galapuang, Balok, Batang, Bayang, dan Kaciak.
Sebenarnya, mereka sepuluh bersaudara dengan seorang adik perempuan bernama Siti Rasani.
Orang tua mereka sudah lama meninggal, sehingga keputusan di rumah itu dipegang oleh si sulung yang bernama Kukuban.
Mereka juga terhitung masih bersaudara dengan pemimpin di kampung tersebut, yaitu Datuk Limbatang.
Baik Bujang Sembilan dan Siti Rasani adalah anak yang giat sehingga Datuk Limbatang, paman mereka kerap mengajari keterampilan untuk bertani dan mempelajari tentang adat setempat.
Hal itu tak lepas dari janji Datuk Limbatang kepada kakak perempuannya yang juga amak dari sepuluh bersaudara tersebut.
Setiap datang ke tempat Bujang Sembilan, istri serta putra Datuk Limbatang yang bernama Giran pun turut serta.
Para lelaki bekerja di ladang, sementara yang perempuan memasak dan berbenah di rumah.