Karenanya, anggaran yang terpakai untuk biaya transportasi pun tergolong besar. Bahkan bisa menyentuh angka puluhan miliar rupiah setiap tahunnya.
"Puluhan miliar setahunnya karena carter pesawat tidak murah, kalau sewanya itu sekitar Rp 30-40 juta sekali jalan," ujar Faizal.
Kendala yang dihadapi polisi tidak berhenti di situ, banyak landasan di wilayah pegunungan Papua sulit untuk didarati sehingga tidak banyak pilot yang bersedia terbang ke lokasi yang dituju.
Baca juga: KKB Bakar Perumahan Guru SMA di Puncak, Papua
Dalam beberapa aksi bersenjata yang dilakukan KKB, aparat keamanan kesulitan mencapai lokasi kejadian.
Sebab, tidak ada pilot yang bersedia terbang ke daerah tersebut.
Setidaknya hal tersebut terjadi di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak pada 9 April 2021 dan di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, pada 17 Januari 2022.
Saat kejadian di Beoga, terang Faizal, hanya ada satu pilot yang merupakan mantan anggota TNI Angkatan Udara yang akhirnya bersedia mengantar personel Satgas Nemangkawi menuju ke lokasi kejadian.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Sulteng, Sultra, Maluku, Malut, Papua, dan Papua Barat 18 Mei 2022
Namun saat kejadian di Distrik Kiwirok, Satgas Nemangkawi, betul-betul tidak mendapat pilot yang berani ke lokasi karena pilot yang sebelumnya mengantar personel ke Beoga telah meninggal dunia.
Alhasil, sebagian personel Satgas Nemangkawi harus menempuh jalan darat hingga berhari-hari.
"Karena pesawat tidak bisa makanya kita jalan kaki sampai tiga hari," kata Faizal.
Saat personel akhirnya tiba di Kiwirok dan mengamankan lokasi, baru setelahnya pesawat berani mendarat ke daerah tersebut.
Baca juga: Diduga Diserang KKB dan Dihanyutkan, Seorang Sopir Truk Ditemukan Tewas di Pinggir Sungai