Ketergantungan pada moda transportasi udara ini juga dirasakan oleh Polres Pegunungan Bintang yang ruang lingkup kerjanya mencapai 34 distrik/kecamatan.
Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini tersebut memiliki kondisi yang sulit karena mayoritas merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian mencapai 400 hingga 4.000 MDPL.
"Dari 34 distrik di Pegunungan Bintang hanya lima distrik yang bisa dijangkau dengan perjalanan darat, 29 distrik lainnnya harus menggunakan penerbangan," ujar Kapolres Pegunungan Bintang AKBP Cahyo Sukarnito.
Baca juga: Ladang Ganja Seluas 400 Meter Persegi Ditemukan di Keerom, Papua
Untuk pelaksanaann tugas rutin kepolisian, Cahyo mengaku, harus berpikir lebih untuk menempatkan personel hingga mengirimkan bahan makanan.
Diakuinya anggaran yang dimiliki Polres Pegunungan Bintang tidak akan cukup untuk menutup biaya transportasi.
"Saya meminta prioritas dan dukungan kerja sama dari maskapai, kalau kita mengharap (anggaran) Polres tentu tidak cukup," tuturnya.
Menurut dia, ada penerbangan-penerbangan reguler yang jadwalnya tidak rutin per hari yang harus ditunggu untuk mendorong logistik personel.
Ketika ada kejadian darurat, seperti aksi KKB, Cahyo mengaku harus meminta dukungan dari satuan lebih tinggi karena mereka harus menyewa pesawat.
"Kecuali dalam situasi yang eksidentil sekali harus carter pesawat dengan dukungan Polda atau Mabes Polri. Tapi tidak setiap kita minta bantuan itu dipenuhi karena melihat situasi dan kondisi keuangan Pemda atau Polda," kata dia.
Baca juga: KKB yang Tembak Sopir Truk di Puncak Papua Diduga Kelompok Buaya
Distrik Oksibil yang menjadi ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang, merupakan pusat aktivitas di wilayah tersebut.
Untuk menuju ke Oksibil, tersedia penerbangan rutin dari Jayapura dengan menggunakan pesawat ATR yang kapasitasnya sekitar 40-60 orang.
Namun dari Oksibil, akses jalan darat hanya tersambung ke Distrik Serambakon, Ok Aom, Kalomdol, Iwur dan Bulangkop.
Karenanya untuk daerah lain, Polres Pegunungan Bintang harus bergantung kepada pesawat udara yang tarifnya tidak murah.
"Biaya sewa di Oksibil itu tergantung jarak, misal kalau ke Okbibab itu Rp 13 juta untuk satu kali jalan, itu sekitar 15 menit penerbangan dengan kapasitas penumpang 12 orang, tapi karena berada di ketinggian biasanya hanya diisi 10 orang, itu biaya yang paling murah. Dulu ke Kiwirok biayanya Rp 16 juta, lalu ke Batom Rp 34 juta," tutur Cahyo.
Baca juga: Mengapa di Papua Banyak Malaria?