BIMA, KOMPAS.com - Sebanyak 20 warga di Kelurahan Penaraga, Kecamatan Raba, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai terjangkit penyakit menular cikungunya.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bima Ahmad menyampaikan, penemuan penyakit tersebut bermula usai pihaknya menerima laporan dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Penaraga terkait tujuh warga di RT 03 yang mengidap gejala demam tinggi dan kaku seluruh badannya pada Senin (9/5/2022).
Atas laporan itu, pihaknya langsung menurunkan tim surveilans untuk mengecek di lapangan.
"Begitu tim kita turun ternyata sudah meluas, ada 20-an orang warga yang terjangkit cikungunya di RT 03 Kelurahan Penaraga," kata Ahmad, Selasa (10/5/2022).
Baca juga: Teluk Bima Diduga Tercemar Limbah, Ada Gumpalan Jeli yang Sebabkan Ikan Kecil Mati
Ahmad mengatakan, penyakit yang menular melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti tersebut pernah merebak pada tahun 2008-2009.
Setelah cukup lama tak menjangkit warga, penyakit itu kembali muncul di Kota Bima.
Hal ini, kata Ahmad, selain karena pengaruh cuaca yang tidak menentu, juga akibat kondisi lingkungan yang kumuh seperti banyaknya kandang di tengah perkampungan yang tidak terurus.
Kemudian banyak titik genangan air hujan dan sampah yang berserakan di Kelurahan Penaraga.
"Apalagi sekarang hujan, kemudian panas. Biasanya virus akan berkembang dengan baik. Penyakit ini hampir sama dengan demam berdarah, jenis nyamuk sumber gigitannya juga sama (Aedes Aegypti)," ujar Ahmad.
Baca juga: Kisah Pengantin Wanita di Bima NTB, Berdiri Tanpa Mempelai Laki-laki di Pelaminan, Videonya Viral
Ahmad mengatakan, meski penyakit cikungunya yang menjangkit puluhan warga hampir sama bahayanya dengan demam berdarah, namun risiko kematian penderita akibat penyakit ini sangat kecil.
"Biasanya (penderita) panas kemudian ada sakit di seluruh persendian dan kaku di seluruh otot, tapi dampaknya sampai kematian ndak terlalu besar bedanya dengan demam berdarah," kata Ahmad.
Ditambahkan Ahmad, warga yang terjangkit cikungunya di Kelurahan Penaraga saat ini dalam masa perawatan di rumah masing-masing.
"Biasanya penderita akan sembuh dalam waktu seminggu. Cuma selain diupayakan pengobatan, kami juga dorong masyarakat untuk mulai meningkatkan budaya hidup sehat. Kalau tidak, kasus itu akan semakin bertambah nanti," jelas Ahmad.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.