KOMPAS.com - Seorang rentenir berinisial DN menahan jenazah pengutangnya.
Sebelum utang almarhum sebesar Rp 2 juta dibayar, DN meminta agar jenazah Rusli Daeng Sutte (39) tidak dimandikan.
Peristiwa ini terjadi di Takalar, Sulawesi Selatan, Senin (25/4/2022).
Berita lainnya, seorang pemudik, Dedi Sukmadi (60), rela mengayuh sepeda demi bertemu istri dan anaknya.
Dedi berangkat dari Bekasi, Jawa Barat (Jabar), menuju Purwokerto (Jateng), sejak Selasa (26/4/2022).
Berikut berita-berita yang menjadi sorotan pembaca pada Jumat (29/4/2022).
DN, seorang rentenir, menahan jenazah pengutangnya yang tak lain adalah sepupunya.
Akibat kejadian ini, prosesi pemakaman terhadap Rusli Daeng Sutte sempat tertunda lantaran DN melarang warga memandikan jenazah Rusli.
Kepala Dusun Bontoloe Kardi Situju mengatakan, DN mendatangi rumah duka di Dusun Bontole, Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, saat jenazah Rusli hendak dimandikan.
Di rumah duka, DN lantas menemui Rabainna Daeng Sunggu, istri almarhum, dan kemudian menyampaikan soal utang Rusli.
"Iya benar, ada seorang wanita asal Jeneponto berinisial DN mendatangi rumah Rabainna Daeng Sunggu yang tidak lain sepupu satu kalinya sendiri. Tujuannya menagih utang suaminya yang sementara jenazahnya akan dimandikan," ujarnya, Kamis (28/4/2022).
Baca selengkapnya: Kronologi Jenazah Ditahan Rentenir karena Utang Belum Dibayar, Dilunasi Keluarga dari Hasil Patungan
Meski usianya telah senja, Dedi Sukmadi (60) mengayuh sepeda lintasi antarkota antarprovinsi demi bertemu anak dan istrinya.
Dedi mengawali perjalanannya dari Bekasi, Jabar, pada Selasa (26/4/2022). Dengan mengayuh sepeda, Dedi hendak menuju Purwokerto, Jateng.
"Udah 3 hari dari Bekasi, biasanya perjalanan 6 hari ke Purwokerto, Jawa Tengah. Itu kalau santai, ada istirahat. Kalau buru-buru bisa 4 hari," ucapnya, Jumat (29/4/2022).
Ketika berada di jalan, Dedi mengaku tak menemui kendala berarti.
"Selama perjalanan aman-aman aja, nggak ada apa-apa. Paling rantai lepas, kempes, tadi sore sempat putus rantainya, saya juga nggak terlalu maksain. Kalau tanjakan pasti didorong, kalau udah jalan datar baru (digowes)," ucapnya.
Baca selengkapnya: Kisah Dedi, Pemudik yang Mengayuh Sepeda dari Bekasi ke Purwokerto Demi Bertemu Keluarga
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.