KOMPAS.com - Masjid Wapauwe terletak di Desa Kaitetu, Kabupaten Maluku Tengah.
Masjid yang diperkirakan tertua di Maluku ini menyimpan banyak keunikan.
Masjid Wapauwe dibangun pada tahun 1414 merupakan saksi sejarah penyebaran agama Islam di Maluku.
Adalah Pernada Jamilu, keturunan Kesultanan Islam Jailolo dari Moloku Kie Raha (Maluku Utara) yang datang ke tanah Hitu untuk menyebarkan agama Islam pada 1400 M.
Ia menyebarkan ajaran Islam pada lima negeri di sekitar pegunungan Wawane, yaitu Assen, Wawane, Atetu, Tahala, dan Nukuhaly, yang sebelumnya telah dibawa mubaligh dari Arab.
Awalnya, Masjid Wapauwe bernama Masjid Wawame karena terletak di Lereng Gunung Wawane. Nama tersebut diberikan oleh Pernada Jamilu.
Baca juga: Masjid Kotagede, Masjid Tertua di Yogyakarta Peninggalan Mataram Islam
Pada masa penjajahan Belanda, masjid sempat berpindah tempat ke Kampung Tahala yang berjarak enam kilometer di sebelah timur Wawane pada tahun 1614. Hal ini karena, Belanda mengganggu kedamaiann penduduk kampung yang menganut petuah Islam dalam kehidupan keseharian mereka.
Di lokasi yang baru ini, masjid berdiri di wilayah yang banyak di tumbuhi pohon mangga hutan atau mangga berabu yang dalam bahasa Kaitetu disebut Wapa.
Akhirnya, masjid berganti nama menjadi Masjid Wapauwe artinya masjid yang didirikan di bawah pohon mangga.
Pada tahun 1646, Belanda berhasil menguasai Tanah Hitu usai perang Wawane dan Perang Kapaha. Kebijakan politik Belanda meminta masyarakat yang tinggal di gunung untuk turun ke pesisir untuk memudahkan pengawasan.
Dengan aturan tersebut, Masjid Wapauwe ikut pindah lokasi ke Kaitetu atau lokasi saat ini. Pemindahan masjid termasuk lima negeri yang terjadi pada tahun 1664 itu dikenal sebagai tahun berdirinya Negeri Kaitetu.
Sekitar 150 meter dari masjid ke arah utara tepatnya di tepi jala raya, ada gereja tua yang merupakan peninggalan Portugis dan Belanda yang hancur karena konflik agama di Ambon tahun 1999 lalu.
Baca juga: Masjid Agung Demak, Salah Satu Masjid Tertua yang Dibangun Wali Songo
Bangunan lain terletak 50 meter dari gereja, yaitu benteng tua "New Amsterdam". Bangunan peninggalan Belanda ini awal mulanya merupakan loji Portugis.
Benteng yang terletak di bibir pantai menjadi saksi bisu sejarah perlawanan para pejuang Tanah Hitu dalam Perang Wawane (1634-1643) dan Perang Kapahaha (1643-1646).
Bangunan Arsitektur merupakan salah satu keunikan Masjid Wapauwe. Hal ini karena, bentuk asli masjid tidak berubah meskipun masjid ini berkali-kali direnovasi.
Masjid dibangun dengan kayu dengan luas 10 x 10 meter. Salah satu ciri khas bangunannya adalah masjid menggunakan gaba-gaba atau pelepah sagu serta rumbai sebagai atapnya.
Di bagian dalam, ada empat pilar yang merupakan pilar asli sejak masjid dibangun. Dindingnya terbuat dari papan dan batang daun sagu yang ditopang dengan 12 buah tiang.
Keunikan lainnya terdapat pada struktur bangunan yang terlihat miring dari samping. Kemiringan tersebut terlihat pada bagian kubah yang tidak simetris dengan bentuk masjid.
Baca juga: Ngabuburit di Masjid Agung Karawang, Masjid Tertua di Jawa
Bangunan masjid dibuat dari kayu tanpa menggunakan paku. Kondisi ini membuat bangunan masjid mudah dilepas pasang.
Di dalam masjid tersimpan musyaf Al Quran yang selesai ditulis pada tahun 1550. Al quran tersebut ditulis oleh Imam Muhammad Arikulapessy menggunakan tinta dari campuran getah pohon dan pena urat enau.
Konon musyaf Al Quran ini termasuk tertua di Indonesia.
Di dalam masjid juga menyimpan timbangan zakat fitrah yang terbuat dari kayu dengan pemberat dari kerang laut.
Timbangan tersebut dilengkapi dengan anak timbangan seberat 2,5 kilogram yang terbuat dari campuran batu dan kapur. Di masa lampau, satu anak timbangan sama dengan satu zakat. (Editor: Hilda B Alexander)
Sumber:
Kompas.com
duniamasjid.islamic-center.or.id
dispar.malukuprov.go.id