Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Stunting di Manggarai Barat Masih di Atas 30 Persen, Pemkab: Pola Makan Tak Seimbang dan Kurang Perilaku Hidup Sehat

Kompas.com - 05/04/2022, 10:52 WIB
Nansianus Taris,
Priska Sari Pratiwi

Tim Redaksi

LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu wilayah yang masuk zona merah stunting karena angka stuntingnya masih di atas 30 persen. 

Untuk menekan angka stunting, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat melakukan sejumlah upaya. 

Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) Kabupaten Manggarai Barat, Petrus Antonius Rasyid mengatakan, persoalan stunting diintervensi melalui dua pendekatan yakni 30 persen pendekatan kesehatan dan 70 persen non kesehatan. 

Baca juga: Perjuangan Camat di Pelosok NTT Menekan Stunting, Pantau Langsung dari Rumah ke Rumah

Pendekatan kesehatan yang dilakukan antara lain, penimbangan, pemberian makanan tambahan, telur, dan juga unggas.

Sementara untuk non kesehatan berupa sanitasi seperti pola hidup, pola makan, dan tidak buang air besar sembarangan.

"Pendekatan kesehatan ini untuk jangka pendek. Ketika diberi makan tambahan beberapa bulan, hasilnya bisa dilihat, pasti ada penurunan stunting," kata Petrus saat diwawancara Kompas.com di ruang kerjanya, Senin (4/4/2022).

Sedangkan untuk non kesehatan, kata dia, butuh waktu yang lebih lama mengukurnya.

Baca juga: Bencana Tanah Bergerak di Manggarai Barat, Sejumlah Warga Mengungsi karena Rumah Rusak

Penyebab stunting

Petrus menjelaskan, banyak faktor yang menyebabkan anak mengalami stunting. Salah satunya adalah pola asuh, khususnya dalam hal makanan. 

Menurutnya, anak yang tak makan daging tak lantas menderita stunting. Sebab, stunting bukan hanya faktor nutrisi melainkan juga harus bergizi dan berimbang. 

"Buktinya, di kota yang ekonominya bagus, masih ada yang sunting. Artinya, bukan soal makan daging, tetapi lebih banyak karena pola makan," terang dia.

Penyebab lain, kata dia, orang pada umumnya masih menganggap stunting bukan persoalan yang harus dicemaskan.

Tubuh yang kecil atau pendek kerap dianggap sebagai kondisi yang memang harus diterima. 

Padahal, menurutnya, hal itu sangat berpengaruh bagi masa depan anak.

"Mereka tidak bisa bersaing di dunia pendidikan, di dunia kerja. Dampaknya dia tidak bisa mendapatkan uang. Belum lagi dia berkeluarga. Dampak lanjutannya menghasilkan generasi stunting berikutnya," katanya.

Baca juga: Stunting di Ende NTT karena Anak Kurang Asupan Gizi

Petrus menegaskan bahwa penanganan stunting harus mulai dari sedini mungkin, seperti edukasi kepada pasangan yang hendak menikah, pemberian makan tambahan bagi ibu hamil dan balita, dan pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Alasan Bandara Supadio Pontianak Turun Status ke Penerbangan Domestik

Alasan Bandara Supadio Pontianak Turun Status ke Penerbangan Domestik

Regional
Kronologi Adik Diduga ODGJ Bunuh Kakak di Klaten, Tetangga Dengar Teriakan Tak Berani Mendekat

Kronologi Adik Diduga ODGJ Bunuh Kakak di Klaten, Tetangga Dengar Teriakan Tak Berani Mendekat

Regional
IRT Tewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Amankan 5 Terduga Pelaku

IRT Tewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Amankan 5 Terduga Pelaku

Regional
Cerita di Balik Gol Cantik Witan Sulaeman ke Gawang Yordania

Cerita di Balik Gol Cantik Witan Sulaeman ke Gawang Yordania

Regional
Kebakaran Kapal Ikan Cilacap Renggut 1 Nyawa ABK, Ditemukan Mengambang dengan Luka Bakar di Tubuh

Kebakaran Kapal Ikan Cilacap Renggut 1 Nyawa ABK, Ditemukan Mengambang dengan Luka Bakar di Tubuh

Regional
Pilkada Maluku, Anggota DPR RI Hendrik Lewerissa Ambil Formulir di 5 Parpol

Pilkada Maluku, Anggota DPR RI Hendrik Lewerissa Ambil Formulir di 5 Parpol

Regional
Perempuan di Sragen Tewas Tersengat Aliran Listrik Jebakan Tikus

Perempuan di Sragen Tewas Tersengat Aliran Listrik Jebakan Tikus

Regional
Remaja di Padang Pariaman Diperkosa 4 Pemuda Setelah Dicekoki Miras

Remaja di Padang Pariaman Diperkosa 4 Pemuda Setelah Dicekoki Miras

Regional
Pemkab Sikka Vaksinasi 1.087 Ekor Anjing di Wilayah Endemis Rabies

Pemkab Sikka Vaksinasi 1.087 Ekor Anjing di Wilayah Endemis Rabies

Regional
Sempat Dirawat, Remaja di Kalbar Meninggal Setelah Digigit Anjing Rabies

Sempat Dirawat, Remaja di Kalbar Meninggal Setelah Digigit Anjing Rabies

Regional
PDI-P Belum Buka Pendaftaran Pilkada Magelang, Tunggu Petunjuk Pusat

PDI-P Belum Buka Pendaftaran Pilkada Magelang, Tunggu Petunjuk Pusat

Regional
DBD di Lampung Melonjak, Brimob 'Gempur' Permukiman Pakai Alat 'Fogging'

DBD di Lampung Melonjak, Brimob "Gempur" Permukiman Pakai Alat "Fogging"

Regional
Bagi-bagi Dana Koperasi Desa Rp 1,6 Miliar, Wali Nagari dan Bamus di Dharmasraya Jadi Tersangka

Bagi-bagi Dana Koperasi Desa Rp 1,6 Miliar, Wali Nagari dan Bamus di Dharmasraya Jadi Tersangka

Regional
Dramatisnya Laga Indonesia Vs Korsel, Ibu Pratama Arhan Deg-degan, Kerabat Witan Menangis

Dramatisnya Laga Indonesia Vs Korsel, Ibu Pratama Arhan Deg-degan, Kerabat Witan Menangis

Regional
Mantan Caleg di Pontianak Tersangka Mafia Tanah Rp 2,3 Miliar Resmi Ditahan

Mantan Caleg di Pontianak Tersangka Mafia Tanah Rp 2,3 Miliar Resmi Ditahan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com