Selain itu, warga akan tetap konsiten untuk merawat alam Desa Wadas demi masa depan anak cucu.
"Ini budaya rutin yang dilakukan warga, ketika tambang terjadi, budaya juga luntur, lahan yang menjadi rencana tambang tempat di mana petani mencari rezeki, seandainya terjadi (ditambang) warga tidak lunya pekerjaan lagi, otomatis warga nanti akan merantau karena tidak ada mata pencaharian," kata Siswanto.
Dengan hilangnya mata pencaharian, imbuhnya, budaya juga akan turut hilang.
Saat warga tidak bisa lagi mencari nafkah di Wadas kemungkinan besar tidak akan ada kehidupan lagi di Wadas.
"Jadi ya budaya juga hilang, kita berharap budaya ini juga terus ada, ini jadi ajang silaturahmi warga, selamanya ingin seperti itu (mempertahanlan budaya)," terangnya.
Disampaikan juga, sempat terjadi perdebatan antara warga dengan pemerintah soal mata pencaharian.
Pemerintah menjanjikan akan mempekerjakan warga, tetapi menurutnya yang akan dipekerjakan pasti orang muda.
"Jadi orang tua tidak dapat bekerja lagi, pemerintah juga berjanji tanah akan dikembalikan seperti semula setelah ditambang, sehingga bisa bertani lagi, tapi kan pengembaliannya juga lama, membesarkan pohon durian misalnya, bisa bertahun-tahun, sepertinya mustahil bisa dikembalikan," ungkapnya.
Baca juga: Didatangi Ganjar, Warga Wadas Minta Pembebasan Lahan Dihentikan Selama Ramadhan
Ditambahkan, keinginan warga hingga saat ini tidak berubah yakni menolak penambangan di Wadas serta cabut Izin Penetapan Lokasi (IPL) tambang andesit Wadas.
"Kita tetap menolak tambang, karena sejak awal prosesnya kita sudah menolak, kami tidak ingin ada kerusakan di wadas ingin kelestarian selamanya, apa pun yang kami suarakan diharapkan didengar oleh pemerintah," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.