Salin Artikel

Warga Wadas Gelar Tradisi Nyadran, Doakan Keselamatan Bumi dari Kerusakan

Mereka bermunajat untuk keselamatan bumi Wadas dari segala bentuk perusakan dan perampasan lingkungan.

Agenda ini dimulai dengan berziarah ke makam-makam leluhur dan para pendiri Desa Wadas di Makam Pidikan dan Makam Dukuh Wetan.

Dilanjutkan dengan berziarah di Makam Krajan.

Budaya yang telah dijaga selama ratusan tahun ini dilakukan dengan bersih-bersih makam para orangtua atau leluhur, membuat dan membagikan makanan tradisional, serta berdoa bersama di sekitar area makam.

Kegiatan ini dimulai pada pukul 11.00 WIB, Kemudian makan siang bersama (kembulan).

Dilanjutkan shalat dzuhur berjemaah di Masjid Nurul Huda.

"Itu yang ikut hampir 1.000 warga, anak-anak sampai orang tua, semua warga. Jadi kalau tujuan kami, masuk puasa mendoakan para leluhur kita," kata Siswanto.

Tema pada Nyadran tahun ini yaitu Sadumuk Batuk, Sanyari Bumi, Ditohi Tekan Pati yang berarti bahwa tanah mempunyai makna yang sangat sakral, seperti nyawa bagi seseorang.

Begitu berartinya tanah bagi warga Wadas, sehingga para warga akan terus mempertahankan tanah.


Selain itu, warga akan tetap konsiten untuk merawat alam Desa Wadas demi masa depan anak cucu.

"Ini budaya rutin yang dilakukan warga, ketika tambang terjadi, budaya juga luntur, lahan yang menjadi rencana tambang tempat di mana petani mencari rezeki, seandainya terjadi (ditambang) warga tidak lunya pekerjaan lagi, otomatis warga nanti akan merantau karena tidak ada mata pencaharian," kata Siswanto.

Dengan hilangnya mata pencaharian, imbuhnya, budaya juga akan turut hilang.

Saat warga tidak bisa lagi mencari nafkah di Wadas kemungkinan besar tidak akan ada kehidupan lagi di Wadas.

"Jadi ya budaya juga hilang, kita berharap budaya ini juga terus ada, ini jadi ajang silaturahmi warga, selamanya ingin seperti itu (mempertahanlan budaya)," terangnya.

Disampaikan juga, sempat terjadi perdebatan antara warga dengan pemerintah soal mata pencaharian.

Pemerintah menjanjikan akan mempekerjakan warga, tetapi menurutnya yang akan dipekerjakan pasti orang muda.

"Jadi orang tua tidak dapat bekerja lagi, pemerintah juga berjanji tanah akan dikembalikan seperti semula setelah ditambang, sehingga bisa bertani lagi, tapi kan pengembaliannya juga lama, membesarkan pohon durian misalnya, bisa bertahun-tahun, sepertinya mustahil bisa dikembalikan," ungkapnya.

Ditambahkan, keinginan warga hingga saat ini tidak berubah yakni menolak penambangan di Wadas serta cabut Izin Penetapan Lokasi (IPL) tambang andesit Wadas.

"Kita tetap menolak tambang, karena sejak awal prosesnya kita sudah menolak, kami tidak ingin ada kerusakan di wadas ingin kelestarian selamanya, apa pun yang kami suarakan diharapkan didengar oleh pemerintah," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/03/17/060000678/warga-wadas-gelar-tradisi-nyadran-doakan-keselamatan-bumi-dari-kerusakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke