Karena tidak sedikit dari mereka memiliki motivasi belajar yang rendah, maka Komunitas Satoe Atap hadir untuk menyelamatkannya.
“Biar adik-adik tidak jenuh dan semangat belajar, kami tidak hanya memberi materi akademik saja, tapi juga non akademik. Seperti membuat kerajinan tangan, belajar berhitung dengan alat peraga, dan masih banyak pelajaran seru lainnya,” terang Khusna kepada Kompas.com.
Di umurnya yang hampir menginjak 15 tahun, saat ini Komunitas Satoe Atap memiliki 30 volunteer tetap.
Volunteer yang tergabung terdiri dari anak-anak muda seperti mahasiswa dari berbagai penjuru kampus di Semarang, bahkan alumni yang sudah bekerja di Semarang.
Baca juga: Demi Bansos, Anggota Komunitas Ojek dan Becak di Pamekasan Setor Uang Rokok
Sedangkan, jumlah anak-anak dari kalangan pra sejahtera yang sering mengikuti kegiatan Komunitas Satoe Atap mencapai 50 orang.
Di samping mengadakan pengajaran rutin, Komunitas Satoe Atap memiliki enam kegiatan lain seperti Ulang Tahun Satoe Atap, Satoe Atap Agustusan (SAgustusan), Bazaar for Kids (BFK), Anjangsana, Paper for Charity, dan Karya Wisata.
Kegiatan tersebut dilaksanakan secara berkala sesuai dengan waktu yang telah dirancang para volunteer.
Salah satu volunteer lainnya, Muhammad Raykhan Maulana mengatakan bahwa, motivasinya bergabung dengan Komunitas Satoe Atap tidaklah jauh dari karena suka berinteraksi dengan anak-anak.
Meski sebelumnya tidak memiliki pengalaman pengajar, Ray, sapaan akrabnya, konsisten menjadi pengajar di Komunitas Satoe Atap sejak 2018.
Katanya, kebutuhan anak-anak akan pendidikan sangatlah penting untuk masa depan.
“Karena di umur SD hingga SMP seperti mereka, perlu ditanamkan pondasi pendidikan dan character development. Dengan itu, nantinya mereka bisa membawa dirinya sendiri untuk menjadi orang yang punya value lebih, bahkan jadi orang hebat,” jelas mahasiswa Undip itu.
Baca juga: Mulai Digandrungi, Anak Muda Semarang Lirik Peluang Bisnis dari Thrifting
Melihat anak-anak senang, tambah Ray, membuat dirinya juga merasakan hal serupa.
Apalagi dengan usahanya yang dapat membawa perubahan pada anak-anak, menambah motivasi dan semangat Ray untuk mengajar dan bermain bersama mereka.
Senada dengan hal tersebut, Dhea Erida, volunteer Komunitas Satoe Atap ini juga mengaku bahwa dia khawatir jika generasi Z saat ini tidak memiliki pegangan apa-apa di masa depan.
Dia berharap, adanya Komunitas Satoe Atap dapat membantu membentuk karakter anak-anak di masa yang akan datang.
“Setidaknya, kami bisa membantu orang tua mereka untuk ngebimbing mereka. Lebih penting lagi, dengan karakter yang adik-adik miliki nanti, akan membuat mereka dapat merasakan kehidupan di masa depan yang lebih layak dibanding sekarang,” ungkap Dhea.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.