Salin Artikel

Komunitas Satoe Atap, Pengabdian Anak Muda di Semarang untuk Pendidikan Anak Jalanan

Pasalnya, tidak semua orang bisa mendapatkan pendidikan formal di bangku sekolah. Terlebih bagi anak-anak jalanan dan kalangan prasejahtera. Bagi mereka, pendidikan bukanlah hal terpenting dalam kehidupan.

Sore itu, Sabtu (27/2/2022), sekumpulan anak muda Semarang sedang mengadakan pengajaran di latar Sekolah Dasar (SD) Negeri Pandean Lamper 02, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang.

Kegiatan pengajaran tersebut rutin dilaksanakan dua kali dalam seminggu, pada hari Selasa dan Sabtu.

Tidak hanya di satu titik, pengajaran juga dilaksanakan di teras belakang Balai Kelurahan Karang Kidul, Semarang Tengah, Kota Semarang pada pukul 15.30 – 17.00 WIB.

Sekumpulan anak muda itu tergabung dalam Komunitas Satoe Atap. Sebuah komunitas yang bergerak di bidang sosial pendidikan di Kota Semarang.

Dalam sejarahnya, berdirinya komunitas Satoe Atap ini dipelopori oleh 10 mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

Awalnya, mereka gelisah karena melihat anak-anak jalanan di sekitar Pleburan Undip tidak bisa menempuh pendidikan formal.

Berangkat dari situ, mereka tergugah hatinya untuk memberi dukungan berupa edukasi dan pengajaran bagi anak-anak jalanan.

Akhirnya, pada 12 April 2007, secara resmi mereka memberi nama sekumpulannya itu dengan sebutan Komunitas Satoe Atap. Nama Satoe Atap tersebut merupakan singkatan dari “Sayang Itoe Asli Tanpa Pamrih”.

“Artinya, kami sebagai volunteer dengan sukarela ingin membantu dan memberikan edukasi pada anak-anak jalanan, khususnya di sekitar Seroja dan Pandean Lamper,” tutur Khusna Amalia, volunteer Komunitas Satoe Atap yang sudah bergabung sejak tahun 2017.

Bidikan awalnya, imbuh Khusna, Komunitas Satoe Atap ini menampung anak-anak jalanan dan anak-anak dari kalangan pra sejahtera atau ekonomi menengah kebawah yang tinggal di bantaran sungai.

“Biar adik-adik tidak jenuh dan semangat belajar, kami tidak hanya memberi materi akademik saja, tapi juga non akademik. Seperti membuat kerajinan tangan, belajar berhitung dengan alat peraga, dan masih banyak pelajaran seru lainnya,” terang Khusna kepada Kompas.com.

Di umurnya yang hampir menginjak 15 tahun, saat ini Komunitas Satoe Atap memiliki 30 volunteer tetap.

Volunteer yang tergabung terdiri dari anak-anak muda seperti mahasiswa dari berbagai penjuru kampus di Semarang, bahkan alumni yang sudah bekerja di Semarang.

Sedangkan, jumlah anak-anak dari kalangan pra sejahtera yang sering mengikuti kegiatan Komunitas Satoe Atap mencapai 50 orang.

Di samping mengadakan pengajaran rutin, Komunitas Satoe Atap memiliki enam kegiatan lain seperti Ulang Tahun Satoe Atap, Satoe Atap Agustusan (SAgustusan), Bazaar for Kids (BFK), Anjangsana, Paper for Charity, dan Karya Wisata.

Kegiatan tersebut dilaksanakan secara berkala sesuai dengan waktu yang telah dirancang para volunteer.

Salah satu volunteer lainnya, Muhammad Raykhan Maulana mengatakan bahwa, motivasinya bergabung dengan Komunitas Satoe Atap tidaklah jauh dari karena suka berinteraksi dengan anak-anak.

Meski sebelumnya tidak memiliki pengalaman pengajar, Ray, sapaan akrabnya, konsisten menjadi pengajar di Komunitas Satoe Atap sejak 2018.

Katanya, kebutuhan anak-anak akan pendidikan sangatlah penting untuk masa depan.

“Karena di umur SD hingga SMP seperti mereka, perlu ditanamkan pondasi pendidikan dan character development. Dengan itu, nantinya mereka bisa membawa dirinya sendiri untuk menjadi orang yang punya value lebih, bahkan jadi orang hebat,” jelas mahasiswa Undip itu.

Melihat anak-anak senang, tambah Ray, membuat dirinya juga merasakan hal serupa.

Apalagi dengan usahanya yang dapat membawa perubahan pada anak-anak, menambah motivasi dan semangat Ray untuk mengajar dan bermain bersama mereka.

Senada dengan hal tersebut, Dhea Erida, volunteer Komunitas Satoe Atap ini juga mengaku bahwa dia khawatir jika generasi Z saat ini tidak memiliki pegangan apa-apa di masa depan.

Dia berharap, adanya Komunitas Satoe Atap dapat membantu membentuk karakter anak-anak di masa yang akan datang.

“Setidaknya, kami bisa membantu orang tua mereka untuk ngebimbing mereka. Lebih penting lagi, dengan karakter yang adik-adik miliki nanti, akan membuat mereka dapat merasakan kehidupan di masa depan yang lebih layak dibanding sekarang,” ungkap Dhea.

https://regional.kompas.com/read/2022/03/01/142240778/komunitas-satoe-atap-pengabdian-anak-muda-di-semarang-untuk-pendidikan-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke