"Saya lari keluar rumah. Ibu saya juga sudah lari. Tapi, saat itu ayah masih di dalam karena dia sakit susah berjalan. Saya masuk lagi tanpa sadar saya menarik ayah saya. Karena panik jadi ayah saya tarik-tarik keluar," kata Suardi.
Sampai di jalan, ia dan warga lainnya menyaksikan rumah-rumah yang roboh.
"Kami hanya bisa lihat rumah roboh. Kami semua panik dan takut. Ibu-ibu menangis histeris semua di jalan. Babak-bapak juga nangis. Terasa mau kiamat," sebut Suardi.
Kondisi rumah Suardi rusak berat. Dinding belakang dan kiri roboh semua.
Semua barang di dalam rumah ditimpa bangunan yang roboh.
"Tak ada yang bisa diselamatkan. Semuanya tertimbun," imbuh Suardi.
Suardi menyebut untung saja gempa terjadi di pagi hari.
Karena sebagian warga sudah persiapan mau bekerja ke kebun, dan sebagiannya sudah berangkat kerja.
"Kalau lah gempanya datang malam atau subuh, mungkin kami tak ada yang selamat," kata Suardi.
Nasib sama dialami tetangga Suardi, Eche Putra (35). Sebagian besar rumahnya roboh dan tak bisa ditempati lagi.
Hal yang membuat Eche lebih pusing, karena waktu itu sedang persiapan acara aqiqah atau warga setempat menyebutnya bangka-bangka anak.
"Kami dari hari Jumat sudah persiapan mau bangka-bangka. Tenda sudah dipasang. Acaranya Senin (28/2/2022). Jadi pas kami sedang masak-masak, gempa datang dinding rumah langsung roboh. Kami lari semuanya keluar menyelamatkan diri," tutur Eche.
Dia mengaku sudah menghabiskan biaya Rp 17 juta untuk aqiqah anaknya. Namun, pria yang bekerja sebagai petani ini tak mau terlalu memikirkan kerugian.
Baca juga: Pengungsi Tak Dapat Tenda hingga Selimut, Pemkab Pasaman: Sambil Berjalan Kita Perbaiki...
"Kalau dipikirkan bisa stres saya, bang. Uang bisa dicari nanti. Yang penting kami semuanya selamat," ucap Eche.
Kondisi rumah Eche roboh di bagian belakang. Tumpukan material bangunan menimbun semua barang.
Eche dan warga lainnya tak tahu sampai kapan mengungsi di tenda darurat itu.
Sampai saat ini, warga tak berani masuk ke rumah yang retak-retak. Lagi pula pemerintah juga melarang warga mendekati rumah.
"Kalau keluarga, istri dan anak-anak sudah mengungsi ke kantor camat. Kami masih bertahan di sini untuk jaga barang-barang takut dicuri," sebut Eche.