KOMPAS.com - Selembayung terletak bersilang pada kedua ujung perabung (atap) bangunan. Selembayung menjadi ciri khas Melayu yang bertahan hingga kini.
Selembayung merupakan salah satu unsur identitas Melayu di masyarakat Provinsi Riau.
Selembayung disebut juga selo buyung dan tanduk buang yang merupakan hiasan yang terletak bersilang pada kedua ujung perabung bangunan adat Melayu Riau terdapat di Provinsi Riau.
Di antara bagian-bagian bangunan Melayu secara umum, ragam hias dan ornamen semacam Selembayung menjadi ciri khas Melayu yang bertahan hingga kini.
Hal tersebut tidak lain karena bentuk dan makna simbolik filosofi mencerminkan sikap hidup orang Melayu.
Sejam zaman dulu, Selembayung merupakan ragam hias pada bangunan Melayu Riau, baik rumah, istana, balai adat, dan lain sebagainya.
Baca juga: Mengenal Bahasa Daerah Provinsi Riau
Selembayung yang berbentuk menyilang dan berukir ini memiliki beberapa makna.
Makna ukiran selembayung mengandung arti pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pengertian lain, Selembayung dimaknai sebagai bulan sabit yang memberikan penerangan seisi rumah.
Ukiran Selembayung juga melambangkan tandu kerbau, hewan yang banyak membantu penduduk dalam mengolah pertanian.
Seiring dengan adanya variasi Selembayung, lambang ini dianggap sebagai ornamen. Di dalam, ornamen arsitektur tradisional Melayu Riau banyak bersumber dari alam, yaitu flora, fauna, dan benda-benda lain.
Selembayung mengandung beberapa makna, antara lain:
Tajuk Rumah, yaitu Selembayung membangkitkan 'Cahaya' Rumah
Baca juga: Periode Sastra Melayu Klasik
Pekasih rumah, yaitu lambang keserasian dalam kehidupan rumah tangga
Tangga dewa, yaitu sebagai lambang tempat turun para dewa, mambang, akuan, soko, keramat, dan sidi yang membawa keselataman bagi manusia.
Dalam upacara adat, Selembayung terdapat pada balai ancak yang mengandung makna yang mirip dengan tangga dewa.