Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kelenteng San Sen Kong Nunukan, Dibangun Setahun, Penuh dengan Ornamen Campuran Jawa-China

Kompas.com - 31/01/2022, 17:41 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Klenteng San Sen Kong yang ada di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, menjadi lambang persatuan dan semangat gotong rotong etnies Tionghoa di perbatasan RI–Malaysia.

Pembangunan klenteng dipelopori oleh 7 tokoh Tionghoa di Nunukan, masing masing Masran, Sunardi, Asun Sunarko, Suryamin Candra, Edi Lianto, Diky Hendrawan dan Hendrik Abung.

"Wacana pembangunan klenteng muncul tahun 2006, dibangun 2007 dan dikerjakan setahun penuh, lalu diresmikan 9 Maret 2008 oleh Bupati Nunukan pertama Abdul Hafid Achmad," ujar Humas Klenteng San Sen Kong Nunukan, Susanto, Senin (31/1/2022).

Klenteng ini merupakan cerminan gotong royong dan semangat para etnies Tionghoa di Nunukan.

Baca juga: Pasca-Ganjar Pranowo Marah-marah Tendang Tembok SMAN 1 Tawangmangu, Ini Kata Disdikbud Jateng

Sejak wacana pembangunan klenteng disuarakan, para pengusaha tersebut mencari lahan seluas 30x60 meter dengan lokasi strategis di Jalan Pembangunan Nunukan Barat.

Mereka memanggil tukang berpengalaman dalam membuat kelenteng. Terpilihlah Pak Rahmat, seorang tukang dari Tuban, Jawa Timur.

Dengan pengalamannya yang terlibat dalam pembangunan klenteng terbesar Kwan Sing Bio Tuban, Rahmat membangun klenteng San Sen Kong dengan nuansa khas Jawa-China.

"Seluruh ornamen dibuat Pak Rahmat, termasuk detail ukirannya. Ada dua puluh tukang yang membangun klenteng dan dibantu langsung oleh para etnies Tionghoa," kata dia.

 

Tinggalkan bisnis demi membangun San Sen Kong

Klenteng San Sen Kong yang berarti Tiga Ajaran, Budha, Thao dan Konghucu ini ternyata memiliki arti penting bagi para keturunan China di perantauan ini.

Mereka rela meninggalkan bisnis mereka demi ikut berpartisipasi dalam membangun klenteng.

"Mereka yang biasa cuma duduk terima uang dalam toko, semua datang ke klenteng. Mereka membuat tenda, ibu-ibu memasak di tempat proyek, pokoknya namanya gotong royong begitu hidupnya saat itu," tutur Susanto.

Taoke dan bos-bos toko maupun pemilik penginapan di Nunukan, asalkan dari warga Tionghoa, semua rela berpanas panasan, mengaduk semen, dari pagi hingga sore.

Baca juga: Balita Ikut Bekerja Membantu Orangtua Mengikat Rumput Laut Sambil Menjaga Adiknya, Ini Sikap Pemda Nunukan

Semua menanggalkan ego mereka, menjadi sama rata tanpa mengenal istilah senior atau junior.

"Bisa dikatakan, San Sen Kong mengumpulkan kami warga Tionghoa di perantauan," ujar dia.

Butuh setahun penuh

Pembangunan San Sen Kong diakui cukup lama. Detail mengenai ukiran naga kembar, singa, bunga teratai dan pernik khas Tionghoa membuat proses pembangunan cukup hati-hati.

Kayu jati ukiran Jepara dan genteng yang dipesan langsung dari China menjadi faktor lamanya penyelesaian pembangunan San Sen Kong.

"Kebetulan ada warga kami di Tawau, Malaysia, punya link untuk memesan gentengnya langsung dari China. Itu sekitar empat bulan pengiriman baru sampai Indonesia. Selain itu, kayu jati asli ukiran Jepara juga tidak sebentar dibuat," kata dia.

Tidak mengherankan, seluruh warga Tionghoa di Nunukan membuat pesta meriah saat pembangunan klenteng rampung.

Berbagai hidangan disuguhkan dengan nuansa jamuan China.

Para undangan membentuk kelompok dan menghadap masing masing sebuah meja penuh hidangan mewah.

Baca juga: Dilaporkan sebagai Pelaku Asusila, Oknum Ketua RW di Nunukan Segera Dipecat

Tim Barongsai profesional didatangkan untuk menambah semarak perayaan sebagai persembahan syukur karena mereka memiliki fasilitas sembahyang.

"Kami di perbatasan RI–Malaysia, warga dengan kemajemukannya dan kekayaan tradisinya. Kami tidak pernah mendapat perlakuan diskriminasi dan cerminan guyub rukun membuat semua golongan bisa menghargai keyakinan masing-masing," kata Susanto.

 

Ingin barongsai dilestarikan

Susanto dan para etnies Tionghoa di Nunukan memiliki harapan besar terhadap kelestarian seni barongsai.

Barongsai di Nunukan yang menjadi lambang setiap perayaan etnies mereka, kini sulit berkembang.

Anak-anak muda yang dilatih keras harus pergi bersekolah ke luar Nunukan, sehingga regenerasi butuh pemikiran serius.

Baca juga: Sidang Disiplin Selesai, Begini Nasib 10 Oknum Polisi di Nunukan yang Aniaya Pemuda

"Memang kami sesalkan hilangnya barongsai di Nunukan. bagaimanapun barongsai bagi kami adalah kebanggaan, perlambang semangat, kekuatan dan kejayaan. Mimpi kami, semoga suatu hari nanti barongsai kembali hidup dan dipertontonkan di batas negeri ini," kata dia.

Memasuki Imlek 2022, Susanto juga memiliki keinginan sebagaimana shio macan.

Shio macan melambangkan raja binatang. Itu artinya tahun 2022 dilambangkan dengan kekuatan besar dan keberanian.

"Kami sudah lama mencoba bangkit dari keterpurukan akibat pandemic Covid-19. Memasuki tahun baru ini, kami memiliki kekuatan besar untuk melakukan perubahan. Semoga Indonesia bangkit dan kami semua diberkahi dengan keberuntungan besar," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com