MINAHASA UTARA, KOMPAS.com - Sukri, seorang pria asal Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, meninggalkan kampung halamannya untuk merantu ke Sulawesi Utara.
Kala itu, Sukri yang masih SMA mengikuti ajakan pamannya yang berdomisili di Kecamatan Likupang Timur, Minahasa Utara, untuk membantunya bekerja sambil melanjutkan pendidikan.
Enam bulan merantau, Sukri memutuskan kembali ke orangtuanya karena alasan bosan bekerja, dan dugaan adanya tekanan kejiwaan.
Baca juga: Anak 5 Tahun di Sumedang Dipasung Pakai Rantai, Ketahuan Saat Rumah Kebakaran
Pamannya yang prihatin kemudian menghubungi orangtua Sukri, Abdullah Basowa (76 dan Sitti Hindong (64), dan meminta keponakannya kembali untuk diajak berobat.
Permintaan tersebut ditanggapi Abdullah dan Sitti dengan ikut pindah domisi ke Sulawesi Utara pada 1995, dengan harapan putra mereka bisa pulih.
Pria yang kini berusia 30 tahun tersbeut sempat dibawa ke rumah sakit jiwa di Manado dengan harapan bisa memeroleh penanganan.
Tetapi oleh petugas di sana, saat itu dia hanya disarankan hanya rawat jalan karena didiagnosis mengalami stres, dan tidak masuk kategori gila.
Awalnya keluarga mencoba melakukan pengobatan rawat jalan, tetapi karena kondisi ekonomi, prosesnya tidak dilanjutkan ditambah kondisi pria itu yang semakin memburuk.
Sukri disebut kerap berkalan sendiri hingga berhari-hari dalam kondisi tidak sadar, dan baru ditemukan setelah ada yang melapor dirinya terlihat di daerah lain.
Baca juga: Mengamuk, Seorang Pemuda di Samosir Bunuh Ayah dan Aniaya Ibunya, Polisi: Pelaku Sempat Dipasung
Karena takut terjadi sesuatu dengan putranya, Sitti memutuskan memasang rantai pasung di kaki Sukri, dan menyiapkan tempat duduk berukuran kotak kecil.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.