Guru Petuk juga sudah memiliki ponsel pintar. Sayang, kondisinya sedang rusak sehingga tidak berfungsi maksimal.
Menurutnya, jaringan internet 4G di daerahnya sangat baik. Namun, karena ponsel pintarnya rusak, dia tidak bisa mengakses mata pelajaran saat harus belajar daring akibat pandemi Covid19.
"Handphone android saya sudah rusak. Untuk itu selama kegiatan belajar mengajar (KBM) di masa pandemi Covid-19 tetap tatap muka dengan waktu terbatas dan taat protokol kesehatan (Prokes)," jelasnya.
Baca juga: Buntut OTT Jaksa di NTT, Kadis PUPR TTU Dipanggil Kejaksaan Agung
Saat pandemi Covid-19 ini, dia mengaku mengalami keterlambatan pembayaran gaji selama empat hingga enam bulan.
"Kendala-kendala ini dihadapi dengan penuh kesabaran. Saya mengabdi untuk mencerdaskan generasi penerus di wilayah Lambaleda Utara. Setiap kendala itu pasti ada solusinya. Saya hadapi kendala itu dengan tenang," jelasnya.
Butuh buku cerita
Guru Petuk membutuhkan buku cerita untuk meningkatkan minat baca dan tulis 53 siswa didiknya. Bahan bacaan di sekolah yang didirikan pada 2005 itu sangat terbatas.