Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Cangkang Sawit, Listrik Mengalir untuk Produksi Kapal Nelayan di Pulau Tinggi

Kompas.com - 26/12/2021, 15:37 WIB
Heru Dahnur ,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com - Angin berhembus semilir saat kapal motor yang dikemudikan Sultan (42) melaju membelah ombak di perairan Pulau Tinggi, Kecamatan Lepar Pongok, Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung.

Siang itu cuaca cerah dan ombak menyambut kehadiran maha karya penduduk lokal tersebut dengan ramah.

Kapal kayu berukuran panjang 15 meter dan lebar 1,5 meter itu turun dari galangan produksi di Pulau Tinggi untuk uji coba.

Setelah 30 menit menjelajah lautan dengan gagahnya, kapal kembali berlabuh di Pulau Tinggi.

Baca juga: Nelayan Cerita Pertarungannya Lawan Hiu Banteng, Nyaris Tewas hingga Selamat berkat Tombak

Sultan beranjak meninggalkan ruang kemudi dan melangkah menuju haluan kapal.

Raut wajahnya menggambarkan kepuasan. Pandangan matanya pada lautan lepas seolah memberi pesan, kami telah berkarya dan siap menjadi bangsa yang mandiri.

"Alhamdulillah untuk uji coba berjalan baik. Nanti tinggal pengecatan seluruh bodi (kapal)," kata Sultan saat berbincang dengan Kompas.com di Pulau Tinggi, Sabtu (25/12/2021).

Sultan tidak hanya mahir mengemudi menembus samudra, tapi juga terlibat langsung dalam pembuatan kapal.

Ia bersama saudara iparnya, Ilham (41), dan dibantu dua tukang lainnya merupakan potret dari kelompok pekerja kreatif. Mereka sehari-hari bekerja membuat kapal motor atau perahu pompong.

Bagi masyarakat setempat, alat transportasi sekaligus alat untuk menangkap ikan itu lazim disebut perahu pompong karena ukurannya lebih ramping dan bisa bersandar langsung di bibir pantai.

Menurut Sultan, untuk membuat perahu pompong berukuran panjang 15 meter butuh waktu pengerjaan sekitar tiga sampai empat bulan.

Proses pengerjaan bisa lebih cepat jika kondisi cuaca mendukung dan bahan-bahannya lengkap.

Saat ini ada empat orderan perahu pompong yang sedang dikerjakan Sultan dan rekan-rekannya.

Satu perahu telah turun galangan dan diuji coba. Sedangkan tiga lainnya masih proses pengerjaan.

Usaha yang dilakoni Sultan tersebut semakin menggeliat semenjak tersedianya pasokan listrik 24 jam non stop di Pulau Tinggi.

"Listrik menjadi kebutuhan pokok bagi kami. Karena semua alat-alat mulai dari mesin pemotong, mesin penghalus papan hingga pengecatan itu menggunakan listrik," ujar Sultan.

Dengan ketersediaan listrik saat ini kata Sultan, proses pembuatan perahu pompong bisa dikerjakan siang maupun malam hari.

Ketersediaan listrik juga membantu para pekerja dalam menekan ongkos produksi.

"Saya kemarin isi (token) Rp 100.000, sekarang sudah jalan tiga bulan masih tersisa," ungkap Sultan dengan gembira.

Hal senada juga diungkapkan Ilham. Dia mengisahkan, sebelum listrik masuk di Pulau Tinggi, mereka harus menggunakan genset berbahan solar.

Untuk keperluan produksi selama tiga bulan, kira-kira butuh satu drum solar.

Jika satu drum solar berisi 200 liter, maka pekerja harus merogoh kocek hingga Rp 1,6 juta, dengan estimasi harga solar sampai ke pulau Rp 8.000 per liter.

Selain terkendala harga yang mahal, pasokan bahan bakar fosil tersebut juga kerap terkendala karena faktor cuaca buruk.

"Kami berterima kasih dengan adanya listrik PLN ini, karena tidak perlu lagi beli solar. Para pekerja bisa dapat penghasilan yang lumayan," ujar ayah tiga anak itu.

Soal biaya produksi, para pekerja memang harus hitung-hitungan. Sebab untuk pembuatan satu perahu pompong mereka harus mendatangkan kayu kualitas terbaik yang harganya juga mahal.

Selain itu waktu pengerjaan yang cukup lama, mengharuskan para pekerja memiliki uang simpanan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.

Perahu pompong berukuran panjang 15 meter dan lebar 1,5 meter dalam kondisi kosong tanpa mesin harganya berkisar Rp 110 juta sampai Rp 120 juta.

Setelah dikurangi biaya produksi, sisanya dibagi untuk para pekerja dengan jumlah bervariasi. Sesuai dengan perannya masing-masing.

Saat ini di Pulau Tinggi terdapat sejumlah kelompok pekerja yang memproduksi perahu pompong.

Orderan pembuatan perahu datang dari nelayan setempat dan juga dari nelayan desa lainnya di Bangka Selatan.

Menariknya, perahu pompong dengan ukuran lebih kecil, bahkan bisa dikerjakan orang per orangan. Biasanya perahu tersebut diproduksi untuk keperluan pribadi.

Perekonomian di Pulau Tinggi berkembang

Para pekerja optimistis melakukan produksi dalam skala besar dengan pasar yang lebih luas jika ketersediaan listrik dan bahan baku terus terjaga.

Saat ini ketersediaan listrik terbukti telah mendorong perkembangan ekonomi di Pulau Tinggi.

Dulunya produksi perahu pompong lebih banyak dilakukan di daerah daratan Bangka Selatan.

Sebab di sana akses listriknya sudah tersedia sejak lama dan pekerja lebih mudah mendapatkan solar untuk genset jika sewaktu-waktu ada pemadaman.

"Sekarang dengan adanya listrik, semua bisa dilakukan di Pulau Tinggi. Bahkan orderan bisa dilakukan via telepon dan kemudian datang ke sini untuk buat kesepakatan," ucap Ilham.

Pulau Tinggi dihuni 59 kepala keluarga (KK). Mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai nelayan dan sebagian kecil bergerak di sektor pertanian.

Topografi pulau ini berbentuk lancip dengan gugusan perbukitan yang menjulang tinggi di bagian tengahnya. Sebab itu pulau tersebut diberi nama Pulau Tinggi.

Puncak Pulau Tinggi sekaligus menjadi penanda bagi para nelayan yang sedang berlayar di lautan.

Dari Pelabuhan Sadai, Bangka Selatan, dibutuhkan waktu sekitar 15 menit pelayaran untuk menuju Pulau Tinggi. Sementara dari dermaga Pengarem, posisinya lebih dekat, hanya sekitar 10 menit perjalanan dengan menumpangi perahu pompong.

Bangka Selatan sendiri terpaut sekitar 2 jam perjalanan darat dari Kota Pangkalpinang, ibu kota Kepulauan Bangka Belitung.

Jaraknya yang terbilang jauh dari pusat pemerintahan, membuat Pulau Tinggi menjadi bagian dari program pembangunan pulau-pulau terluar.

Ketua RT 11 Desa Penutuk, Pulau Tinggi, Usman mengatakan, ketersediaan listrik tidak hanya mendorong perkembangan usaha pembuatan perahu pompong, tapi juga mengubah gaya hidup masyarakat lebih modern dan ramah lingkungan.

Pasalnya, melalui program elektrifikasi PLN, setiap rumah mendapatkan satu set kompor induksi.

Sehingga untuk keperluan memasak, tidak lagi bergantung pada kompor gas yang pasokan bahan bakarnya kerap terhambat.

"Kalau dulu orang malas bangun rumah di sini, karena listriknya belum ada. Kemudian listrik PLN masuk yang menyala 12 jam sehari, dari malam sampai pagi. Sekarang sudah ada tambahan pembangkit jadi bisa 24 jam," ujar Usman yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan.

Limbah PLTBG untuk budidaya tanaman

Total pasokan daya untuk masyarakat Pulau Tinggi tercatat sebesar 20 kVa atau sekitar 16 kilowatt. Sementara beban puncak hanya mencapai 8,5 kVa. Artinya ada surplus energi yang bisa dimanfaatkan masyarakat.

Supervisor PLTD Toboali, Bangka Selatan, Romansyah Martha Dinata mengatakan, pasokan listrik 24 jam di Pulau Tinggi terealisasi dengan adanya pembangkit dengan konsep energi baru dan terbarukan (EBT).

Pembangkit itu menggunakan bahan bakar sampah organik dan cangkang sawit.

"Ini namanya pembangkit listrik tenaga biogas atau PLTBG. Cangkang sawit dibakar di dalam tabung reaktor kemudian menghasilkan gas metana yang mengalir ke komponen mesin sehingga menyala," ujar Rosmansyah.

Tak kurang dari 4,5 ton cangkang sawit dikirim setiap bulannya ke Pulau Tinggi.

Penggunaan cangkang sawit lebih diprioritaskan karena pasokannya relatif lebih terjaga.

Sementara pengolahan sampah organik, membutuhkan proses produksi yang cukup panjang.

Yakni dimulai dari pemilahan sampah rumah tangga atau sampah pasar, selanjutnya dijemur hingga kering.

Sampah organik yang telah kering kemudian digiling dan dicetak berbentuk pelet dengan ukuran 1 sentimeter.

Pelet yang sudah jadi harus dikeringkan lagi sebelum digunakan ke dalam reaktor.

"Jadi sehari-hari menggunakan cangkang sawit. Kalau bahan dari pelet sampah organik masuk, bisa juga digunakan," jelas Rosmansyah.

Limbah dari PLTBG kata Rosmansyah, dimanfaatkan lagi sebagai pupuk tanaman.

Bahkan masyarakat setempat mulai terbiasa menjadikan sisa pembakaran tersebut sebagai media tanam untuk tanaman kembang di rumah mereka.

Romansyah menuturkan, bahan sisa dari PLTBG telah diuji secara nasional dan dinyatakan sebagai bahan yang tidak beracun atau berbahaya.

Sehingga bisa dijadikan sebagai pupuk, media tanam bahkan bisa menjadi bahan pembuatan paving blok.

Limbah padat atau Fly Ash Bottom Ash (FABA) dari cangkang sawit dan sampah organik, termasuk juga hasil pembakaran batu bara dikategorikan sebagai Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sesuai Peraturan Pemerintah (PP) 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Beberapa Laboratorium telah melakukan uji kimia dan biologi atas FABA, antara lain laboratorium Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Kementerian ESDM bersama Laboratorium Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PPSDAL) Universitas Padjadjaran.

Baca juga: Cerita Ridwan Kamil Jajal Motor Listrik Hasil Konversi: Ini Dulunya Motor Bebek...

"Karena tidak berbahaya jadi bisa dimanfaatkan lagi untuk mendorong perekonomian masyarakat. Seperti di Pulau Tinggi ada banyak jenis tanaman keladi hias yang bisa dibudidayakan untuk dijual," ungkap Rosmansyah.

Adapun PLTBG yang saat ini beroperasi di Pulau Tinggi dikelola langsung oleh PLN.

Pembangkit lainnya dengan konsep yang sama juga ada di Tempilang, Bangka Barat dan Belitung.

Hanya saja pembangkit itu dikelola bekerja sama dengan pihak swasta dari perkebunan kelapa sawit dengan konsep Independent Power Producer (IPP).

"Bagi PLN sendiri pengelolaan PLTBG tentu saja membutuhkan biaya yang cukup besar. Saat ini Biaya Pokok Produksi (BPP) per kWh sekitar Rp 2.200 sementara jual subsidi Rp 1.750. Tapi sesuai amanah pemerintah, bukan dilihat biayanya, melainkan dampak di sektor hilirnya. Seperti masyarakat yang bisa membuat kapal dengan harga produksi lebih murah," pungkas Rosmansyah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tergiur Upah Rp 3 Juta, Tukang Nasi Goreng Jadi Kurir Narkoba

Tergiur Upah Rp 3 Juta, Tukang Nasi Goreng Jadi Kurir Narkoba

Regional
Pria Bacok Tetangga di Banyuwangi, Ngamuk Halaman Gudang Jadi Lokasi Parkir Tahlilan

Pria Bacok Tetangga di Banyuwangi, Ngamuk Halaman Gudang Jadi Lokasi Parkir Tahlilan

Regional
Jokowi Makan Malam di Kampung Melayu Lombok, Pesan Nasi Goreng Istimewa

Jokowi Makan Malam di Kampung Melayu Lombok, Pesan Nasi Goreng Istimewa

Regional
Ada Sengketa, KPU Tunda Penetapan 5 Caleg Terpilih di Sumbar

Ada Sengketa, KPU Tunda Penetapan 5 Caleg Terpilih di Sumbar

Regional
Imbas Letusan Gunung Ruang, 1.324 Warga Dievakuasi Keluar dari Pulau Tagulandang

Imbas Letusan Gunung Ruang, 1.324 Warga Dievakuasi Keluar dari Pulau Tagulandang

Regional
Pencarian Dihentikan, 2 Penambang Tertimbun Galian Batu Bara Dinyatakan Hilang

Pencarian Dihentikan, 2 Penambang Tertimbun Galian Batu Bara Dinyatakan Hilang

Regional
Gunung Ruang Keluarkan Asap Setinggi 600 Meter

Gunung Ruang Keluarkan Asap Setinggi 600 Meter

Regional
Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi

Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi

Regional
14 Mobil Damkar Berjibaku Bersihkan Bandara Sam Ratulangi dari Debu Gunung Ruang

14 Mobil Damkar Berjibaku Bersihkan Bandara Sam Ratulangi dari Debu Gunung Ruang

Regional
TKA di Kepri Wajib Bayar Restribusi 100 Dolar AS Tiap Bulan

TKA di Kepri Wajib Bayar Restribusi 100 Dolar AS Tiap Bulan

Regional
Aksi 'May Day' di Semarang Ricuh, Polisi Semprotkan Water Canon Saat Gerbang Didobrak Massa

Aksi "May Day" di Semarang Ricuh, Polisi Semprotkan Water Canon Saat Gerbang Didobrak Massa

Regional
Ayah di Manggarai Timur Diduga Cabuli Anak Kandung sampai Melahirkan

Ayah di Manggarai Timur Diduga Cabuli Anak Kandung sampai Melahirkan

Regional
Daftar ke 4 Parpol, Pj Walkot Bodewin Siap Bertarung di Pilkada Ambon

Daftar ke 4 Parpol, Pj Walkot Bodewin Siap Bertarung di Pilkada Ambon

Regional
Culik Warga, Anggota Geng Motor di Lhokseumawe Ditangkap

Culik Warga, Anggota Geng Motor di Lhokseumawe Ditangkap

Regional
Buruh Demak Terbagi 2, Ikut Aksi di Semarang atau Jalan Sehat Bersama Pemerintah

Buruh Demak Terbagi 2, Ikut Aksi di Semarang atau Jalan Sehat Bersama Pemerintah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com