SOLO, KOMPAS.com - Dering notifikasi di ponsel pintar Wulandari tiada
berhenti kala jam dinding menunjukkan pukul 22.00 WIB.
Menjelang tengah malam, warung Rice Katsu yang dia kelola justru kian kebanjiran
orderan.
Wulandari adalah salah satu pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM)
di Kota Solo, yang masih berjuang bertahan menghadapi kerasnya krisis
akibat pandemi Covid-19.
Baca juga: Kisah Batik Toeli, Karya Penyandang Tuli yang Tembus Pasar AS Berkat Platform Digital
Sebelum pandemi Covid-19 menerjang, Wulandari aktif berjualan makanan
di depan salah satu sekolah swasta di Solo.
Omzet yang dia dapatkan selama berjualan sana pun cukup tinggi.
Sedikitnya, Rp 500.000 bisa dia kantongi setiap hari dengan menjajakan
beraneka olahan mie instan.
Namun, pandemi Covid-19 membuat sekolah-sekolah ditutup dan siswa
diharuskan belajar di rumah. Para penjual makanan di sekitar sekolah
pun otomatis kehilangan mata pencaharian.
Kondisi tersebut sempat membuat Wulandari terpuruk. Dia hanya bisa
menggantungkan kebutuhan keluarga dari pendapatan suaminya yang
pas-pasan.
Padahal, ada tiga anak yang harus dibiayai pendidikannya. Belum lagi,
mereka harus membayar beragam cicilan bulanan.
Selama lebih dari satu tahun, Wulandari tidak bisa berjualan dan
menghasilkan pendapatan tambahan untuk keluarganya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.