Pengantin lain, Aulia Fadli, yang menikah pada 2015, mengaku sempat keberatan dengan aturan yang meminta pasangan pengantin menanam pohon.
Fadli merasa pemerintah memaksa warga yang tak bersalah menanggung dosa puluhan perusahaan yang menjadi biang kerok kebakaran hutan.
“Itu artinya perusahaan yang makan mewah di suatu pesta, kita warga biasa yang disuruh cuci piringnya,” kata Fadli dengan nada kesal.
Baca juga: Jelang Nataru Harga Cabai dan Telur Naik, Gubernur Jambi Sidak Pasar Angsoduo
Awalnya Fadli keras hati dan memilih menikah di kota lain. Namun, setelah dibujuk sang calon istri, Fadli luluh.
Menurut istrinya, Fadli bercerita, menanam pohon bukan perkara membersihkan dosa orang lain, tetapi menjadi contoh kecil gerakan perubahan.
Agar orang-orang menyadari pentingnya menjaga lingkungan, terutama keutuhan hutan yang sangat berguna untuk keberlanjutan kehidupan manusia.
“Saya akhirnya menyadari, dengan menanam pohon, orang-orang akan sadar kalau untuk memperbaiki keadaan kita tidak harus menuntut orang lain, tetapi mulailah dari diri sendiri. Mungkin itu juga, yang diyakini pemerintah,” kata Fadli, yang lalu menanam 10 pohon tembesu, mahoni, rambutan, durian, dan jengkol saat menikah.