Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Erupsi Gunung Semeru: Dari Data, Hikayat, sampai Peta Bencana

Kompas.com - 04/12/2021, 21:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Konon, para dewa-lah yang memindahkan gunung ini dari India ke Pulau Jawa. Konon lagi, pemindahan dilakukan untuk memaku Pulau Jawa agar tidak njomplang alias condong ke barat. 

Hikayat campur tangan para dewa menempatkan Gunung Semeru di Pulau Jawa dikutip antara lain oleh Denys Lombard dalam buku jilid ketiga Nusa Jawa: Silang Budaya, Warisan Kerajaan-kerjaan Konsentris.

Merujuk pada naskah Jawa abad ke-16, Tantu Panggelaran—ada yang menyebut juga Tantu Pagelaran—, Lombard mengutip kisah Bhatara Guru (Siva atau Shiwa) bertapa di Gunung Dieng.

Dalam semedinya, Bhatara Guru meminta kepada Dewa Brahma dan Dewa Wisnu agaru Pulau Jawa diberi penghuni. Atas permintaan itu, Dewa Brahma mencipta kaum lelaki dan Wisnu mencipta perempuan. 

Tak berhenti di situ, para dewa pun memutuskan untuk tinggal di Pulau Jawa dengan sekalian memindahkan Gunung Meru—salah satu penamaan untuk Gunung Semeru—dari Negeri Jambudvipa alias India. 

Sejak itu, Jawa menjadi bumi kesayangan para dewata. Adapun Gunung Semeru disebut sebagai pinkalalingganingbhuwana, lingga bagi dunia. 

Tidak heran, bukan, bila Dewa 19 sampai menyebutnya puncak abadi para dewa dalam lirik lagu Mahameru?.

Sejarah erupsi dan peta kerawanan bencana 

Gunung Semeru erupsi pada Sabtu (4/12/2021) bukanlah untuk kali pertama. Letusan gunung ini pertama kali dicatat terjadi pada 8 November 1818.

Jarak antara satu erupsi Gunung Semeru dan erupsi berikutnya bisa dibilang tak panjang, tetapi tak tetap juga. Kadang-kadang, setiap tahun ada erupsi, bahkan bisa lebih dari sekali dalam setahun, tetapi bisa pula berjeda 11 tahun baru ada erupsi lagi. 

Fakta tersebut setidaknya merujuk pada penggalan data dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sebelum erupsi pada Sabtu ini, misalnya, Gunung Semeru batuk-batuk setidaknya dua kali pada 2020. 

Dari banyak kali Gunung Semeru erupsi, peta geologi sekaligus peta kerawanan bencananya cukup rinci. 

KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI Peta Geologi dan Kerawanan Bencana Gunung Semeru

Keterangan lebih rinci dari peta geologi Gunung Semeru bisa diakses melalui link ini. Adapun peta kerawanan bencana Gunung Semeru bisa dibaca lebih lanjut di link ini

Terkait peta kerawanan ini, faktor angin dan cuaca juga berpengaruh. Erupsi pada Sabtu (4/12/2021) terpantau mengarah ke Besuk Kobokan. Bukan berarti yang lain tidak waspada, karena angin juga bisa membelokkan arah embusan awan panas, misalnya. 

Pada peta kerawanan bencana di atas, jalur Besuk Kobokan ada di "urat" panjang yang memadukan warna kuning dan merah bersamaan di sisi kanan arah pandang kita.

 

Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Regional
Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com