Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Penyadap Nira dari Purbalingga, Bertaruh Nyawa di Pucuk Nyiur Tinggi hingga Bermimpi Punya Jaminan Sosial

Kompas.com - 04/12/2021, 13:48 WIB
Iqbal Fahmi,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

PURBALINGGA, KOMPAS.com - Ada kisah perjuangan penderes atau penyadap nira di balik manisnya gula kelapa.

Mereka setiap hari menyabung nyawa demi menakik tetes getah mayang dari pucuk nyiur nan tinggi.

Namun, kenyataanya tidak semua cerita tentang penyadap nira selalu berakhir bahagia.

Banyak dari mereka mengalami kisah tragis jatuh dari pohon saat tengah bekerja.

Sebagian langsung meregang nyawa karena cidera serius. Sebagian lain terpaksa menanggung cacat permanen hingga lumpuh seumur hidup.

Baca juga: Jatuh dari Pohon Kelapa, Empat Penderes Nira Tewas, 3 Luka Berat

Kisah getir salah satu penyintas itu datang dari Sahudin (40), mantan penyadap nira di Desa Karangcegak, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Masih lekat di ingatan ketika petaka menyambangi Sahudin pada tahun 2016 silam.

Jumat pagi, sekitar pukul 10.00 WIB, bapak dua anak itu terjatuh dari pohon kelapa setinggi 16 meter.

"Posisi jatuhnya punggung duluan, sakitnya luas biasa, sampai engga bisa gerak. Untung ada orang yang dengar jadi langsung ditolong, saya digendong ke rumah," kata Sahudin, saat berbincang dengan Kompas.com belum lama ini.

Siang itu juga, Sahudin langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan tindakan medis. Namun, benturan yang terjadi saat jatuh mengakibatkan tulang ekornya remuk.

Cidera parah tersebut membuat bagian pinggang hingga ujung kaki Sahudin lumpuh layu.

Sejak saat itu, tak banyak yang bisa dilakukan Sahudin kecuali membunuh waktu, terkulai di atas dipan kayu.

"Padahal, sebelum jatuh, saya biasa naik 38 pohon. Kalau cuaca lagi bagus produksi sampai 12 kilogram, habis setor ke juragan bisa bawa pulang Rp 200.000 setiap hari," ujar dia.

Keberadaan penyadap nira yang celaka seperti Sahudin memang selalu luput dari perhatian banyak orang.

Terbukti, hingga saat ini, tidak ada sedikit pun bantuan atau santunan yang diberikan oleh pemerintah setempat kepadanya.

Demi mencukupi kebutuhan keluarga, istri Sahudin akhirnya terpaksa bekerja sebagai buruh di pabrik bulu mata palsu.

Namun, badai cobaan datang menghampiri keluarga Sahudin.

Kedua anaknya putus sekolah karena kekurangan biaya. Sementara istrinya memilih pergi karena Sahudin sudah tak mampu menafkahi lahir dan batin.

“Sekarang saya tinggal sama orangtua, saya sedih karena jadi beban keluarga,” ucap Sahudin dengan tatapan tanpa harapan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Regional
Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Regional
Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Regional
Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Regional
Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Regional
Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Regional
3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi 'Online' di Warung Kopi

3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi "Online" di Warung Kopi

Regional
Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Regional
Aceh Utara Terima 562 Formasi ASN pada 2024

Aceh Utara Terima 562 Formasi ASN pada 2024

Regional
Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Regional
7.945 Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Untidar Magelang, Berikut 8 Lokasi Tesnya

7.945 Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Untidar Magelang, Berikut 8 Lokasi Tesnya

Regional
Sandiaga Uno Enggan Berandai-andai Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Sandiaga Uno Enggan Berandai-andai Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Regional
1.000-an Jumantik untuk Berantas Sarang dan Jentik Nyamuk di Babel

1.000-an Jumantik untuk Berantas Sarang dan Jentik Nyamuk di Babel

Regional
Calon Independen Pilkada Lhokseumawe Harus Miliki 5.883 Dukungan KTP

Calon Independen Pilkada Lhokseumawe Harus Miliki 5.883 Dukungan KTP

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com