Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jatuh dari Pohon Kelapa, Empat Penderes Nira Tewas, 3 Luka Berat

Kompas.com - 13/05/2020, 19:23 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

 

KULON PROGO, KOMPAS.com -Pekerjaan menderes atau menyadap nira kelapa berisiko sangat tinggi.

Tujuh orang jatuh dari ketinggian 10-15 meter pohon kelapa dalam beberapa hari belakangan di Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Empat orang di antaranya meninggal dunia. Tiga orang luka berat.

"Ketujuh orang itu berada di wilayah Kokap saja. Risiko penderes itu tinggi aplagi di musim (hujan) seperti ini," kata Koordinaor Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Kokap, Taufik di kantor Dinas Sosial Kulon Progo, Rabu (13/5/2020).

Baca juga: Ratusan Penderes Nira Alami Kecelakaan Kerja hingga Cacat dan Meninggal, Ini Upaya Bupati Banyumas

TKSK salah satu kepanjangan tangan Dinas Sosial, Pemberdayaan, Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) Kulon Progo.

Insiden itu terjadi di beberapa desa, seperti  Hargotirto, Hargorejo, Hargowilis, hingga di Kalirejo. Mereka berusia antara 40-50 tahun.

"Empat penderes meninggal dunia karena jatuh antara tanggal 30 April - 9 Mei 2020. Terakhir tanggal 11 Mei kemarin juga ada yang cacat berat kareba jatuh di Tangkisan I. Dua lainnya di tanggal 9 dan 20 April yang baru masuk laporannya," kata Taufik.

Pandemi Coronavirus Diseases 2019 (Covid-19) berdampak pada semua aktivitas warga, termasuk di kehidupan keluarga penderes.

Taufik menceritakan, warga di pedesaan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ditopang banyak aktivitas, seperti buruh bangunan dan buruh lainnya.

Kehidupan mereka juga didukung usaha mandiri membuat gula kelapa yang diperoleh dari pohon kelapa di kebun sendiri maupun orang lain. 

Situasi pandemi melumpuhkan pekerjaan-pekerjaan yang bisa menopang kehidupan mereka itu. Karenanya, produksi gula kelapa menjadi yang utama.

"Pandemi seperti ini, rezeki mereka hanya dari nderes. Ketika tidak menderes, maka mereka tidak punya penghasilan," kata Taufik.

Kebetulan, permintaan gula kelapa sedang naik menjelang Lebaran. Biasanya warga menggenjot produksi gula. Mereka bekerja lebih giat menyambut permintaan ini.

Situasi ini bersamaan dengan musim hujan. Risiko memanjat pun semakin tinggi, karena pohon licin, dahan lapuk, dan sebagainya. Tak heran muncul kecelakaan kerja.

"Bisa juga karena pengelihatan kurang awas (jeli). Karena lama tidak hujan (kemarau ke hujan), biasanya ada pelepah yang rapuh" kata Taufik.

Baca juga: Kurangi Risiko Kecelakaan, Penderes Nira di Desa Ini Modifikasi Alat Panjat Tebing

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com