Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Anak Pengungsi dari Luar Negeri Masuk Sekolah Formal di Indonesia, Sempat Kesulitan Berkomunikasi

Kompas.com - 20/11/2021, 06:26 WIB
Rachmawati

Editor

 

Saat tiba di Pekanbaru, Riau, pada tahun 2015 lalu, ia tak bisa melakukan apapun, termasuk sekolah.

Maka tiap kali melihat anak-anak seusianya berangkat pagi-pagi ke sekolah, ada perasaan iri.

"Mengapa pengungsi tidak boleh sekolah?" tanya Mina.

Sementara keinginan untuk melanjutkan pendidikan, sangat besar. Berkali-kali ia bilang ke ibunya kalau ia mau sekolah demi mengejar mimpi dan cita-cita.

"Tapi ibu saya tak bisa berbuat apa-apa," sebutnya.

Bazira Amini, ibu Mina, membenarkan cerita anaknya itu.

Baca juga: Kisah Pengungsi Afganistan, Bertahun-tahun Terkatung-katung hingga Depresi

Ia bercerita, ambisi anak bungsunya itu tak bisa dibendung. Tanpa pendidikan akan susah untuk Mina mengasah kemampuan dan mengejar cita-citanya.

"Di dunia ini setiap orang ingin mendapatkan ilmu pengetahuan. Begitu juga dia."

Setiap anak termasuk para pengungsi, katanya, harus memperoleh hak atas pendidikan: sekolah.

Sayangnya ketika pemerintah Indonesia membuka pintu kepada anak-anak pengungsi untuk masuk sekolah formal tak banyak yang mengikuti jejak Mina karena kendala bahasa.

"Ada banyak anak-anak pengungsi yang tidak bisa bersekolah, karena masalah bahasa. Dan itu menjadi masalah besar bagi kami," ujar perempuan 54 tahun ini.

Baca juga: Puluhan Imigran asal Afganistan dan Pakistan di NTT Positif Covid-19

Kembalinya Taliban berkuasa di Afghanistan membuat masa depan perempuan di negara itu semakin gelap.GETTY IMAGES Kembalinya Taliban berkuasa di Afghanistan membuat masa depan perempuan di negara itu semakin gelap.
Jauh sebelum kebijakan teranyar pemerintah Indonesia ini lahir, organisasi Internasional untuk Imigran atau IOM di Indonesia sebetulnya menyediakan kursus bagi anak-anak pengungsi selama tiga bulan.

Tetapi kata Mina, itu tidak cukup. Ia berkeras ingin menempuh pendidikan formal yang diakui negara.

Selain karena kangen diajari oleh guru, ia juga rindu memiliki teman sebaya di sekolah, dan belajar di dalam kelas.

"Bercanda, bermain, belajar bersama, saya merindukan itu semua."

Namun di sisi lain, ia sadar kekurangannya: tak bisa berbahasa Indonesia. Karena itulah ia berlatih sendiri, dengan bantuan Google dan YouTube.

Baca juga: 2 Warga Afghanistan Berkelahi Saat Unjuk Rasa di Medan

Cukup banyak kosakata yang telah ia kuasai, tetapi masih tak percaya diri untuk berbicara dalam bahasa Indonesia.

"Susah, tidak bisa," katanya malu-malu dalam bahasa Indonesia dan tertawa.

Tiga tahun lamanya ia berdiam diri di rumah lantaran tak bisa sekolah.

Hingga pada tahun 2019 — dengan bantuan IOM Indonesia — Mina bersama beberapa anak pengungsi lainnya untuk pertama kali, bisa masuk sekolah formal di Indonesia.

Di SD Negeri 56 Pekanbaru, Mina ditempatkan di kelas 5.

Dia masih ingat hari itu. Bertemu wajah-wajah baru yang berbeda dengannya. "Kaget," katanya.

Baca juga: Imigran Afghanistan Demo Kantor IOM Medan, Teriakkan Yel Pak Jokowi, Pak Edy, Pak Bobby, Tolong Kami...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

19 Hari Hilang, Penagih Utang di Palembang Dibunuh Nasabah dan Jasadnya Dicor

19 Hari Hilang, Penagih Utang di Palembang Dibunuh Nasabah dan Jasadnya Dicor

Regional
Komnas HAM Sebut Kasus TPPO di NTT Sangat Memprihatinkan

Komnas HAM Sebut Kasus TPPO di NTT Sangat Memprihatinkan

Regional
Kapolda, Wakapolda Banten dan Kapolres Cilegon Dimutasi, Ini Penggantinya

Kapolda, Wakapolda Banten dan Kapolres Cilegon Dimutasi, Ini Penggantinya

Regional
Diduga Terlibat Pembunuhan Wanita yang Jasadnya Dilakban, 2 Pria di Grobogan Diamankan Warga

Diduga Terlibat Pembunuhan Wanita yang Jasadnya Dilakban, 2 Pria di Grobogan Diamankan Warga

Regional
Kebakaran di Kabanjahe, 4 Orang Satu Keluarga Tewas

Kebakaran di Kabanjahe, 4 Orang Satu Keluarga Tewas

Regional
Polisi Gerebek Warnet Sarang Judi 'Online', 3 Pejudi Ditangkap

Polisi Gerebek Warnet Sarang Judi "Online", 3 Pejudi Ditangkap

Regional
Aplikasi Srikandi Pemkot Solo Terdampak Peretasan PDN, Surat-menyurat Pakai Manual

Aplikasi Srikandi Pemkot Solo Terdampak Peretasan PDN, Surat-menyurat Pakai Manual

Regional
18 Warga Luwu Dirawat di RSUD Sawerigading Palopo Diduga Keracunan Makanan di Acara Pengajian

18 Warga Luwu Dirawat di RSUD Sawerigading Palopo Diduga Keracunan Makanan di Acara Pengajian

Regional
6 Perwira Menengah di Polda Lampung Diganti, 2 di Antaranya Direktur

6 Perwira Menengah di Polda Lampung Diganti, 2 di Antaranya Direktur

Regional
Kawal Hak Pilih Warga, Bawaslu Lampung Buka 2.899 Posko Aduan

Kawal Hak Pilih Warga, Bawaslu Lampung Buka 2.899 Posko Aduan

Regional
Gempa di Banggai Terasa hingga Gorontalo, Warga Kaget dan Keluar Rumah

Gempa di Banggai Terasa hingga Gorontalo, Warga Kaget dan Keluar Rumah

Regional
Bawaslu Bakal Turun Langsung Awasi PSU di Kabupaten Batanghari

Bawaslu Bakal Turun Langsung Awasi PSU di Kabupaten Batanghari

Regional
Kapal Nelayan di Aceh Selundupkan 9 Karung Sabu Seberat 180 Kg dari Malaysia

Kapal Nelayan di Aceh Selundupkan 9 Karung Sabu Seberat 180 Kg dari Malaysia

Regional
Tokoh Masyarakat di Solo Jadi Sasaran Coklit Pilkada 2024, Berikut Namanya

Tokoh Masyarakat di Solo Jadi Sasaran Coklit Pilkada 2024, Berikut Namanya

Regional
Polisi Buru 2 Pelaku Lain yang Bunuh Penagih Utang di Palembang

Polisi Buru 2 Pelaku Lain yang Bunuh Penagih Utang di Palembang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com