Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jabar Gandeng Octopus untuk Pengelolaan Sampah, Begini Cara Kerjanya

Kompas.com - 06/11/2021, 21:45 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Belum lama ini, postingan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di akun Instagramnya menarik perhatian.

Postingan itu menceritakan kerja sama Pemerintah Provinsi Jabar dengan Octopus, aplikasi digital pengumpulan sampah.

Uniknya, penghasilan pelestari atau pengumpul sampah daur ulang bisa mencapai Rp 10 juta per bulan.

Lalu bagaimana sebenarnya cara kerja Octopus?

Baca juga: Ekonomi Sirkular Diterapkan dalam Pengelolaan Sampah Perkotaan

Koneksikan semua pihak yang ingin terlibat ekonomi sirkular

Ridwan Kamil mengatakan, aplikasi digital ini intinya menghubungkan rumah tangga pemilah sampah dengan pelestari yang berujung ke pabrik canggih yang mengolah plastik kembali menjadi produk.

General Partnership Octopus Indonesia, Zulkhaidir Purwanto mengatakan, Octopus sudah beroperasi 1 tahun. Octopus saat ini telah beroperasi di Makassar, Bali, dan Bandung.

"Dalam operasionalnya ada beberapa entitas. Yakni user, yakni siapa saja yang ingin berdaur ulang. User ini bisa datang dari kalangan, rumah tangga, sekolah, kantor, dan lain-lain," tutur Zul.

Baca juga: Duduk Perkara Polemik Bau Sampah Tangsel, Berakhir dengan Kompensasi Rp 1 Miliar

Kemudian pelestari. Yaitu petugas yang akan menjemput sampah plastik dari user. Ada berbagai jenis sampah yang bisa diambil.

Seperti sampah plastik berupa botol air, gelas air mineral, kemasan shampoo, kaleng alumunium, sampah elektronik, kardus, LDPE (plastik lebih elastis seperti odol), hingga popok.

Nantinya, sampah dari user ini akan disimpan di checkpoint. Di sini, pihaknya menggaet orang yang ingin terlibat dalam konsep ekonomi sirkular.

Siapapun bisa terlibat dalam checkpoint ini. Baik itu pelapak, pengepul, bahkan ibu rumah tangga bisa terlibat.

"Misal, ibu rumah tangga enggak punya kendaraan tapi di rumahnya ada halaman. Bisa menjadi cek point (bukan pelestari)," tutur dia.

Baca juga: Sampah Jabar Masuk ke Jateng, Ganjar Pranowo Ajukan Protes

 

Checkpoint sama halnya bisnis rongsokan, tapi dihubungkan ke manufaktur

Checkpoint, sambung Zul, merupakan usaha mikro. Prinsipnya sama dengan bisnis rongsokan yang biasa dilakukan pengepul.

"Bagi ibu rumah tangga yang tidak punya pengalaman, kami akan membantu rekomendasi harga, arus barang, bahkan sampai pembeli," tambah dia.

Dari checkpoint, Octopus sudah bekerja sama dengan beberapa Industri. Bahkan bisa dibilang, salah satu kelebihan Octopus adalah menyambungkan pengelolaan sampah ke perusahaan manufaktur besar.

Nantinya, sampah plastik ini akan kembali menjadi produk baru siap pakai.

Keuntungan dengan Octopus, pelestari bisa dapat Rp 10 juta per bulan

Zul mengungkapkan, hingga kini jumlah pelestari Octopus di tiga daerah ini lebih dari 8.000 orang dengan lebih dari 1.500 checkpoint.

"Sedangkan kemasan bekas yang direcover oleh Octopus lebih dari 7 juta pcs," tutur dia.

Jumlah ini kemungkinan terus bertambah seiring dengan bertumbuhnya Octopus dan benefit yang diperoleh.

Misal, ada pelestari yang pendapatannya mencapai Rp 10 juta sebulan. Jumlah ini bergantung dari berapa banyak sampah yang dijemput.

"Namun rata-rata di atas UMR, Rp 4 jutaan. Karena pelestari ini banyaknya part time," ucap dia.

Seperti Satgas Kebersihan (tukang sapu), ibu rumah tangga, korban PHK akibat pandemi Covid-19, hingga mahasiswa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rangkaian Kegiatan Hari Raya Waisak 2024 di Candi Borobudur Magelang

Rangkaian Kegiatan Hari Raya Waisak 2024 di Candi Borobudur Magelang

Regional
Dikepung Warga, Penculik Bayi 7 Bulan di Dompu NTB Berhasil Ditangkap Polisi

Dikepung Warga, Penculik Bayi 7 Bulan di Dompu NTB Berhasil Ditangkap Polisi

Regional
Puncak Perayaan Waisak di Borobudur, Ada Festival Lampion Ramah Lingkungan

Puncak Perayaan Waisak di Borobudur, Ada Festival Lampion Ramah Lingkungan

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
[POPULER NUSANTARA] Pegi Terduga Pembunuh Vina Cirebon Ditangkap | Akhir Kasus Norma Risma

[POPULER NUSANTARA] Pegi Terduga Pembunuh Vina Cirebon Ditangkap | Akhir Kasus Norma Risma

Regional
8 Alat Musik Tradisional Sumatera Barat dan Cara Memainkannya

8 Alat Musik Tradisional Sumatera Barat dan Cara Memainkannya

Regional
Trauma, Gadis Pemohon KTP Korban Pelecehan Seksual di Nunukan Menangis Saat Diperiksa

Trauma, Gadis Pemohon KTP Korban Pelecehan Seksual di Nunukan Menangis Saat Diperiksa

Regional
PKB-Gerindra Jajaki Koalisi untuk Pilkada Jateng, Gus Yusuf: Cinta Lama Bersemi Kembali

PKB-Gerindra Jajaki Koalisi untuk Pilkada Jateng, Gus Yusuf: Cinta Lama Bersemi Kembali

Regional
Sempat Jadi Bupati Karanganyar Selama 26 Hari, Rober Christanto Maju Lagi di Pilkada

Sempat Jadi Bupati Karanganyar Selama 26 Hari, Rober Christanto Maju Lagi di Pilkada

Regional
Antisipasi Banjir, Mbak Ita Instruksikan Pembersihan dan Pembongkaran PJM Tanpa Izin di Wolter Monginsidi

Antisipasi Banjir, Mbak Ita Instruksikan Pembersihan dan Pembongkaran PJM Tanpa Izin di Wolter Monginsidi

Regional
Soal Wacana DPA Dihidupkan Kembali, Mahfud MD Sebut Berlebihan

Soal Wacana DPA Dihidupkan Kembali, Mahfud MD Sebut Berlebihan

Regional
Baliho Bakal Cawalkot Solo Mulai Bermunculan, Bawaslu: Belum Melanggar

Baliho Bakal Cawalkot Solo Mulai Bermunculan, Bawaslu: Belum Melanggar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com