Mereka harus menempuh jalanan setapak di tengah Hutan Krayan dan memiliki resiko bertemu beruang atau macan dahan.
Saat hujan lebat turun, tak jarang anak-anak pedalaman tersebut mendirikan tenda dan bermalam di tengah hutan.
‘’Kalau orang dewasa berjalan kaki paling lama 6 jam saja, kalau anak anak lebih banyak berhenti kecapekan dan butuh waktu lebih lama. Mereka membawa peralatan tenda, tapi kalau bertemu gubuk di tengah hutan, di sanalah mereka tidur,’’tuturnya.
Mereka baru mengakhiri jalan kaki ketika telah sampai di Long Umung yang merupakan ibu kota kecamatan terdekat.
Mereka harus menyewa ojek dengan biaya Rp 250.000 menuju lokasi ANBK dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan.
Setelahnya, mereka akan mencari penginapan di sekitar lokasi ANBK. Total biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 1 juta.
‘’Anak anak pedalaman sama sekali belum terbiasa dengan komputer. Kita harus sabar mengajari mereka. ANBK dimulai pada 8 November 2021 nanti, kami mengadakan latihan mulai 25 sampai 28 Oktober 2021. Jadi kasihan sebenarnya orangtua murid, mereka harus keluar biaya double. Pertama untuk latihan, dan kedua untuk pelaksanaan ANBK,’’katanya prihatin.
Sama halnya dengan Dorti, Oktavianus juga memohon keadaan ini menjadi pertimbangan khusus pemerintah.
Pemerintah harus mencarikan jalan keluar atas segala keterbatasan dan keterisoliran mereka.
‘’Krayan memang sudah terisolir sejak dulu, harapan masyarakat tentunya bagaimana keluar dari keterisoliran yang membuat semua terbatas dan tertinggal dari wilayah lainnya,’’katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.