Salin Artikel

Demi Ikut ANBK, Murid SD di Pelosok Krayan Kaltara Jalan Kaki 7 Jam Tembus Hutan Berlintah

NUNUKAN, KOMPAS.com – Dua murid kelas V di SDN 015 Wa’Yagung Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara Fandi Yudan dan Denis Kanter rela berjalan kaki selama sekitar 7 jam menuju kota kecamatan di Long Umung, Krayan Timur.

Jauhnya jarak dan tantangan alam yang mengerikan, tidak menjadi penghalang atau menghambat semangatnya yang hendak mengikuti asesmen nasional berbasis komputer (ANBK) di kota setempat.

‘’Untuk keluar dari Wa’Yagung menuju Long Umung, mereka harus berjalan kaki melewati jalan setapak berlumpur. Jalan tersebut karena sedang musim hujan dipenuhi lintah sebesar jempol. Kami harus menyibak daun-daun yang dipenuhi lintah karena hanya itu jalan satu satunya keluar menuju kota,"ujar Kepala Sekolah SDN 015 Wa’Yagung Krayan Timur, Dorti, dihubungi Kompas.com, Jumat (29/10/2021).

Di musim penghujan seperti sekarang, medan yang ditempuh tentu lebih sulit apalagi daun-daun perdu sepanjang jalanan hutan biasanya terlihat hitam akibat dipenuhi lintah.

Namun bagi Fandi dan Denis, lintah bukan hal yang perlu ditakutkan.

Mereka justru menjadikan lintah sebagai mainan karena saking terbiasanya mereka dengan kondisi alam sekitar.

‘’Mereka jalan kaki diantar orangtuanya, sepanjang jalan mereka selalu bermain dengan lintah begitu juga saat melepas lelah. Namanya anak anak,’’kata Dorti.

Pelaksanaan ANBK menjadi tantangan tersendiri bagi anak anak pedalaman Krayan.

Jumlah murid yang sedikit tidak memungkinkan mereka mengalokasikan anggaran BOS untuk biaya transportasi dan akomodasi murid murid menuju lokasi ANBK di kota.

Dijelaskan Dorti, SDN 015 Wa’Yagung hanya memiliki 19 murid dan menerima dana BOS sebesar Rp 5,6 juta per triwulan.

Jumlah tersebut jauh dari kata cukup, sehingga untuk kebutuhan ANBK, guru membebankan biayanya ke orangtua murid.

"Kami terpaksa meminta uang kepada orangtua murid, per orang sebesar Rp 1 juta. Ini untuk membayar sewa penginapan dan biaya konsumsi selama berada di kota,’’jelasnya.

Dorti berharap kondisi ini menjadi perhatian khusus pemerintah. Anak anak pedalaman yang selama ini berkutat di hutan belum terlalu melek internet dan mereka harus bekerja keras mencari uang demi ikut ANBK.

‘’Kami tertinggal dari segi kurikulum dan sarana prasarana. Jangankan komputer, untuk renovasi bangunan sekolah kami yang dibangun dari kayu saja, sejak 1970 belum tersentuh pembangunan. Selama ini, secara swadaya kami perbaiki bagian bagian yang rusak,’’katanya.

Terpisah, Unit Pelaksana Tekhnis Daerah (UPTD) Krayan, Oktavianus Ramli membenarkan betapa susahnya anak-anak pedalaman untuk ikut ANBK.

Mereka harus menempuh jalanan setapak di tengah Hutan Krayan dan memiliki resiko bertemu beruang atau macan dahan.

Saat hujan lebat turun, tak jarang anak-anak pedalaman tersebut mendirikan tenda dan bermalam di tengah hutan.

‘’Kalau orang dewasa berjalan kaki paling lama 6 jam saja, kalau anak anak lebih banyak berhenti kecapekan dan butuh waktu lebih lama. Mereka membawa peralatan tenda, tapi kalau bertemu gubuk di tengah hutan, di sanalah mereka tidur,’’tuturnya.

Mereka baru mengakhiri jalan kaki ketika telah sampai di Long Umung yang merupakan ibu kota kecamatan terdekat.

Mereka harus menyewa ojek dengan biaya Rp 250.000 menuju lokasi ANBK dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan.

Setelahnya, mereka akan mencari penginapan di sekitar lokasi ANBK. Total biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 1 juta.

‘’Anak anak pedalaman sama sekali belum terbiasa dengan komputer. Kita harus sabar mengajari mereka. ANBK dimulai pada 8 November 2021 nanti, kami mengadakan latihan mulai 25 sampai 28 Oktober 2021. Jadi kasihan sebenarnya orangtua murid, mereka harus keluar biaya double. Pertama untuk latihan, dan kedua untuk pelaksanaan ANBK,’’katanya prihatin.

Sama halnya dengan Dorti, Oktavianus juga memohon keadaan ini menjadi pertimbangan khusus pemerintah.

Pemerintah harus mencarikan jalan keluar atas segala keterbatasan dan keterisoliran mereka.

‘’Krayan memang sudah terisolir sejak dulu, harapan masyarakat tentunya bagaimana keluar dari keterisoliran yang membuat semua terbatas dan tertinggal dari wilayah lainnya,’’katanya.

https://regional.kompas.com/read/2021/10/29/170757878/demi-ikut-anbk-murid-sd-di-pelosok-krayan-kaltara-jalan-kaki-7-jam-tembus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke