Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Amaq Bengkok Bertahan di Gubuk Reyot Tak Jauh dari Sirkuit Mandalika: Karena Belum Dibayar...

Kompas.com - 27/10/2021, 05:10 WIB
Idham Khalid,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com - Tinggal menghitung minggu menjelang perhelatan Asia Talent Cup (ATC) di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, pada 12-14 November. Lalu, disusul dengan gelaran World Super Bike (WSBK) pada 19-21 November.

Meski sejumlah agenda internasional bakal dihelat di Sirkuit Mandalika dalam waktu dekat, masih ada masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan sirkuit. Masyarakat enggan pindah karena masih bersengketa dengan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) selaku pengembang kawasan.

Salah satu warga yang masih bertahan adalah keluarga Amaq Bengkok, warga Dusun Ebunut, Desa Kuta, Lombok Tengah.

Amaq Bengkok masih bertahan di rumahnya ditemani sang istri, Yamin, dan anaknya yang masih duduk di sekolah dasar, Desi.

Siang itu, di bawah pohon asam, Amaq Bengkok sedang merajut jaring yang rusak karena terumbu karang. Tangannya cekatan merajut jaring yang biasa dipakai melaut itu.

Sesekali ia menatap alat berat yang sedang mengerjakan proyek Sirkuit Mandalika tak jauh dari tempat duduknya, sekitar 100 meter.

Dari tempat ia duduk, terlihat jelas sebuah bukit dengan logo bertuliskan MGPA, singkatan dari Mandalika Grand Prix Association.

Sama seperti hari biasanya, Amaq Bengkok terbiasa mengenakan sarung tanpa baju. Ia tak peduli dengan terik matahari yang menyengat siang itu.

Amaq Bengkok bangkit dari tempat duduknya. Ia hendak memindahkan ternak sapi ke lahan berumput lainnya.

Baca juga: Soal Penyelesaian Pembayaran Lahan di Sirkuit Mandalika, Gubernur NTB: Kita Coba Akan Membantu

Tak jauh dari tempat itu, rumah Amaq Bengkok terlihat masih berdiri. Bangunan itu terlihat reyot dengan pintu dari seng dan atap dari ilalang kering yang mulai lapuk.

Rumah itu merupakan bekas gusuran yang diterima akibat pembangunan Sirkuit Mandalika.

“Ini sudah rumah kita, pintunya dari seng kadang-kadang ayam itu masuk,” kata Amaq Bengkok tersenyum sambil menutup pintu rumahnya, Minggu (24/10/202!).

Amaq Bengkok menceritakan, cuaca pada siang hari di wilayah itu sangat panas. Sedangkan pada malam hari, kadang membuat Amaq Bengkok kedinginan. 

Amaq Bengkok saat memperbaiki jalanya di bawah pohon asam sambil menghadap ke sirkuit MandalikaKOMPAS.COM/IDHAM KHALID Amaq Bengkok saat memperbaiki jalanya di bawah pohon asam sambil menghadap ke sirkuit Mandalika

Apalagi, rumah yang ditempatinya berukuran tiga 3x4 meter dengan dinding bedek yang sudah mulai berlubang termakan usia.

“Hujannya baru turun sekali, kalau siang panas sekali, dan malam dingin, lihat rumah itu rupanya, tapi mau tidak mau harus tinggal di sini, karena belum dibayar,” kata Amaq Bengkok.

Sementara itu, istri Amaq Bengkok, Yamin setiap hari mengantar anaknya ke sekolah. Ia terpaksa mengambil peran it karena sang suami tak bisa mengendarai motor.

 

Setiap hari, Yamin melewati terowongan Sirkuit MotoGP Mandalika untuk mengantar anaknya ke sekolah. Di perjalanan, tak jarang ia terpaksa berhenti jika berpapasan dengan truk pengangkut material.

Maklum, Yamin tidak terlalu mahair mengendarai motor.

"Kalau ada truk di depan kita, berhenti berhenti dulu, baru kalau udah lewat, kita lanjutkan perjalanan," kata Yamin sambil tersenyum mengenang kebiasaannya.

suasana di rumah Amaq Kangkung alias Amaq BengkokKOMPAS.COM/IDHAM KHALID suasana di rumah Amaq Kangkung alias Amaq Bengkok

Yamin tak tahu sampai kapan bertahan di area itu. Ia memastikan, akan tetap tinggal bersama sang suami sampai lahannya dibayar ITDC.

"Bagaimana karena ini belum dibayar, ya harus tinggal di sini, sampai menunggu dibayar," kata Yamin.

Sengketa tanah Amaq Bengkok

Amaq Bengkok memiliki lahan seluas 1,5 hektare di area pembangunan Sirkuit MotoGP Mandalika. Lahan itu merupakan warisan dari ayah Amaq Bengkok yang bernama Aluh.

Baca juga: Protes Pembayaran Lahan, Warga Tutup Akses Pengerjaan Jalan Bypass ke Sirkuit Mandalika

Amaq Bengkok mengaku, tak pernah merasa menjual tanah itu. Lahan tersebut dipakai untuk menanam kacang-kacangan dan umbi-umbian sebagai salah satu usaha membiayai kehidupan sehari-hari.

Kini, lahan seluas 1,5 hektare tersebut sebagiannya telah terpakai menjadi lintasan sirkuit. Sisanya, masih berada di luar pagar, tempat sekarang ia tinggal.

Amaq Bengkok mengaku pernah bertemu pihak ITDC. Dari mereka, ia mendapat jawaban, tanah tersebut pernah dijual seseorang. 

Keluarga Amaq Bengkok telah menunjuk pengacara untuk membantunya mengugat ITDC. Namun, Pengadilan Negeri Praya menyatakan Amaq Bengkok kalah dalam sengketa dengan ITDC.

Penampakan sirkuit internasional Mandalika.www.indonesia.travel Penampakan sirkuit internasional Mandalika.

Meski begitu, kuasa hukum Amaq Bengkok, Zabur mengaku telah melakukan banding ke Pengadilan Tinggi Nusa Tenggara Barat. Ia juga akan melayangkan protes karena ITDC membangun di atas lahan yang masih dalam proses hukum.

“Kita tidak tidak memberikan izin kalau tidak ada titik temu penyelesaiannya, tidak boleh ITDC melanjutkan pembangunannya, karena masih ada sengketa, ini putusannya belum inkrah,” kata Zabur dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Minggu.

 

Walau kasus itu dalam proses hukum, Zabur berharap perkara itu bisa diselesaikan secara perdamaian.

“Biarpun masih berlanjut, kita harap sebenarnya dapat diselesaikan melalui jalur perdamaian,  tidak ada yang disulitkan dalam hal ini menempuh jalur yang terbaik,” kata Zabur.

Sebelumnya, ITDC telah angkat bicara terkait warga yang masih tinggal di area sirkuit dan terancam terisolasi.

VP Corporate Secretary ITDC I Made Agus Dwiatmika menjelaskan, ITDC selalu mengikuti prosedur hukum dalam mengambil kebijakan dan keputusan.

Baca juga: Alasan Mengapa Sirkuit MotoGP Dibangun di Mandalika

Menurutnya, lahan berstatus hak pengelolaan lahan (HPL) sudah selesai dibebaskan, meski beberapa warga masih menempati tanah tersebut.

"ITDC dalam setiap kegiatannya selalu mengikuti aturan dan ketentuan hukum yang berlaku. Selain itu, seluruh lahan yang masuk dalam HPL atas nama ITDC telah berstatus clear and clean, tetapi sebagian masih dihuni warga," kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (21/8/2021).

ITDC juga mengedankan tindakan humanis kepda warga yang masih menempati lahan dengan status HPL atas nama ITDC.

"ITDC selalu mengedepankan pendekatan humanis dan sosial sehingga sangat menghindari proses 'gusur' atau 'pindah paksa' terhadap masyarakat," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com