Perkiraan lainnya adalah bahwa permukiman itu merupakan istana Bhre Wengker yang merupakan menantu Raden Wijaya, pendiri sekaligus raja pertama Majapahit.
“Ini sekarang kemungkinan adalah istana untuk Bhre Wengker atau Batara I Wangka. Menantu dari Raja Majapahit yang pertama, Raden Wijaya,” ujar dia.
Data ini memperkuat perkiraan bahwa di lokasi itu terdapat pendarmaan Mahesa Cempaka.
“Ini nyambung sebenarnya, andai kata benar bahwa yang didarmakan di situ adalah tokoh dari masa Singasari akhir (Mahesa Cempaka) dan yang memuliakan di situ adalah Raja Majapahit yang pertama, itu masih sambung. Masanya tidak terlalu jauh. Tapi tetap saja ini masih dugaan, belum bisa dipastikan,” kata dia.
Temuan yang mengarah pada istana Bhre Wengker itu adalah struktur bangunan yang ada di tengah lokasi itu yang memiliki luas 318 meter dan lebarnya 205 meter.
Temuan Situs Kumitir itu memperluas kisah kehidupan di sisi timur Ibu Kota Kerajaan Majapahit.
Data arkeologis lainnya yang ada di sisi timur pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit adalah Candi Tikus dan Candi Bajangratu yang berbentuk gapura.
Candi Tikus dan Candi Bajangratu berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Lokasi candi ini berada di sebelah selatan temuan Situs Kumitir.
Ismail yang merupakan Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komda Jatim mengatakan, Candi Tikus merupakan bangunan suci yang menyimpan tempat pemurnian air.
Hal ini ditunjukkan oleh adanya bangunan besar yang dikelilingi oleh menara berbentuk lebih kecil yang memancarkan air.
Menurutnya, lokasi ini sebagai tempat pemurnian air yang mengalir dari arah selatan untuk dialirkan menuju kota praja. Salah satunya adalah untuk pengairan sawah warga.
Baca juga: Ini Temuan dari Struktur Kuno di Blitar yang Diduga Kompleks Bangsawan Era Majapahit
“Nah, di setiap menara itu ada lubangnya dan air bisa memancar dari lubang-lubang itu. Ini konteksnya adalah untuk memurnikan atau mensucikan air yang berasal dari wilayah selatan. Air dari wilayah selatan akan masuk ke areal Candi Tikus dan akan memancar sebagai bangunan suci dan airnya kemudian akan dibawa ke Kota Raja," ujar dia.
"Jadi fungsinya adalah sebagai bangunan suci untuk berbagai kepentingan. Untuk memurnikan air yang akan berdampak pada kesuburan pada pertanian yang ada di wilayah itu,” tambah dia.
Begitu juga dengan Candi Bajangratu yang berupa gapura dalam ukuran besar. Menurutnya, gapura itu semestinya menunjukkan komplek tertentu yang ada di baliknya.
Namun, komplek di balik gapura itu sudah hilang sehingga cerita tentang gapura itu tidak bisa diteliti lebih lanjut.