LAMONGAN, KOMPAS.com - Dari sejumlah medali emas yang berhasil dikumpulkan oleh kontingen Jawa Timur di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, dua di antaranya disumbang oleh atlet asal Kabupaten Lamongan.
Atlet tersebut yakni Ananda Rigi Aditya serta Dimas Septo Anugraha.
Atlet Dimas Septo berhasil menyumbangkan emas dari cabor gulat gaya bebas kelas 125 kilogram.
Setelah meraih medali emas pada kelas yang sama di PON Tahun 2016 lalu, kini Dimas kembali sukses mempertahankan capaiannya.
Baca juga: Atlet Lamongan Peraih Emas di PON Papua Dapat Bonus Rp 10 Juta, Perak Rp 7,5 Juta
Dimas mengaku, capaian yang ditorehkannya tak lepas dari kisah perjuangan keras sang ibu, Sumarni.
Menurutnya, Sumarni harus berjuang seorang diri sebagai orangtua tunggal yang menghidupi ketiga anaknya, semenjak Dimas masih duduk di bangku SMP.
"Ayah meninggal sejak saya masih kelas II SMP, jadi ibu yang mencari nafkah untuk menghidupi kami. Selain saya, juga ada kakak dan adik saya perempuan," ujar Dimas, ketika ditemui di sela agenda penyambutan atlet sepulang dari PON di Pendopo Lokatantra Lamongan.
Baca juga: Video Viral Pengeroyokan di Sekitar Alun-alun Lamongan, Seorang Pemuda Ditangkap
Dimas yang lahir pada 1997 ini merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Dia memiliki kakak bernama Putra Orga Ardianto, yang usianya hanya terpaut dua tahun.
Serta seorang adik wanita bernama Putri Yuli Permatasari, yang berusia 13 tahun.
"Bagaimana ibu mencari nafkah untuk kami bertiga, itu yang membuat saya salut dan hormat dengan perjuangannya," ucap Dimas.
Dimas bercerita, orang pertama yang mengenalkan dirinya dengan cabor gulat adalah almarhum sang ayah.
Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Dimas sudah diperkenalkan dengan olahraga tersebut.
"Meski ibu sebenarnya juga pevoli. Tapi ayah yang awalnya atlet voli juga, yang memperkenalkan kepada kami gulat. Tidak hanya saya, tapi kakak dan juga adik saya adalah pegulat," kata Dimas.
Tak hanya Dimas, sang kakak yang bernama Putra Orga Ardianto juga sempat menorehkan prestasi membanggakan di beberapa gelaran olahraga gulat.
Baca juga: Bupati Lamongan Cek Kesiapan Hadapi Bencana Hidrometeorologi hingga La Nina
Putra mengakui, secara torehan prestasi, Dimas memang unggul atas dirinya.
Kendati Putra sendiri sempat menjuarai beberapa kejuaraan gulat tingkat lokal, begitu pula adiknya yang juga menggeluti gulat putri.
"Bagus Dimas lah, sebab Dimas sudah dua kali dapat emas di PON. Bahkan, sempat masuk seleksi untuk Asian Games dan mengikuti kejuaraan gulat tingkat Internasional," tutur Putra.
Baca juga: Seekor Anak Jerapah Lahir, Satwa Penghuni Mazoola Lamongan Bertambah
Sementara Putra merupakan juara gulat di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) dan kejuaraan tingkat Provinsi yang diselenggarakan di Jawa Timur.
Begitu pula dengan adik bungsunya Putri, yang baru merasakan gelar juara pada turnamen gulat putri se-Jawa Timur.
Putra melihat Dimas adalah sosok low profile bahkan cenderung pendiam.
Di mata Putra, adik keduanya ini pekerja keras namun tanpa banyak kata.
Hal itu dibuktikan oleh Dimas dalam latihan, terlebih pada saat pertandingan.
"Orangnya pendiam, kalau pas di rumah itu ya senangnya di dalam kamar, main game. Tidak banyak kata, dia biasanya langsung membuktikan pada saat pertandingan. Sejak kecil sudah seperti itu," ucap Putra.
Baca juga: Buntut Bentrok Simpatisan Silat dan Warga di Lamongan, Polisi dan TNI Gelar Patroli
Putra dan keluarga, mengaku bangga dengan prestasi yang ditorehkan oleh Dimas.
Terlebih, Dimas mampu membawa nama harum daerah. Bahkan pada saat penyambutan atlet di Pendopo Lokatantra, Dimas berpasangan dengan Putra, sempat menunjukkan kemampuan gulat yang dimiliki kepada tamu undangan.
"Kalau Dimas memang spesialisnya di kelas bebas, sementara saya sendiri kelas grego," kata Putra.
Baca juga: Viral, Pemuda Lamongan Pamer Airsoft Gun di Tempat Umum, Buntutnya Diperiksa Polisi
Sumarni yang merupakan ibu Dimas mengatakan, bangga dengan prestasi yang ditorehkan oleh anak keduanya tersebut.
Meski demikian, Sumarni mengaku masih kerap memendam kekhawatiran akan keselamatan putranya setiap kali Dimas bertanding.
"Namanya orangtua, ya pasti, tetap saja khawatir. Apalagi anak-anak ini kan sudah tidak lagi memiliki ayah, yang sudah meninggal dunia. Bahkan, saat kemarin juga (di PON Papua) masih khawatir," ujar Sumarni.
Baca juga: Informa Electronics dan Selma Buka Toko Pertama di Lamongan
"Kemarin hanya diberi rekaman videonya, saya lihat ada yang lawannya Dimas itu sampai mengalami patah leher atau apa dan sampai harus memakai gips (penyangga leher) setelah pertandingan," imbuh sang ibu.
Sumarni mengungkapkan, Dimas dan kakaknya memang selalu meminta doa restu sebelum mereka bertanding.
Begitu pula ketika Dimas hendak berangkat menuju Papua membela kontingen Jawa Timur dalam PON XX.
"Sehari-hari Dimas itu kan di Puslatda, tapi sebulan sebelumnya sempat pulang, dapat libur dua hari. Sempat minta doa ke saya agar dimudahkan saat menjalani pertandingan, dan sempat saya suruh juga mengunjungi makam dan mendoakan ayahnya," tutur Sumarni, yang berprofesi sebagai guru olahraga di salah satu Madrasah Ibtidaiyah (MI) di bawah kendali Kemenag Lamongan.
Kekhawatiran Sumarni, tidak lepas dari kejadian yang sempat menimpa Dimas pada saat latihan, ketika Dimas masih duduk di bangku kelas III SD.
Saat itu, Dimas sempat mengalami luka di bagian kaki kiri usai mengikuti latihan gulat pada malam hari.
Dimas juga sempat masuk dalam got, yang membuat kaki kirinya harus mendapatkan jahitan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.