LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com- Angin bertiup kencang saat menuju jalan rumah Munakip (33) yang berdekatan dengan garis rawa Bendungan Batujai, Lombok Tengah.
Gang menuju rumahnya di Kampung Tiwulekong, Kelurahan Prapen itu hanya bisa dilewati oleh kendaraan roda dua.
Tampak dari kejauhan terlihat samsak yang tergantung di depan halaman rumah.
Munakip merupakan salah satu atlet Tarung Derajat (Boxer) Lombok Tengah berprestasi yang beberapakali meraih mendali emas di beberapa kejuruan.
Baca juga: Mantan Atlet Dayung Nasional Jadi Nelayan Kecil, Bupati Wakatobi Prihatin
Pria kelahiran 1986 itu mengaku sudah bergabung dengan olahraga boxer sejak duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTs) saat baru berusia 14 tahun.
Selama masih aktif menjadi atlet pernah meraih medali emas Pekan Olah Raga Provinsi (Porprov) Nusa Tenggara Barat 2010, Pra Pekan Olahraga Nasional (PON) 2015, dan medali PON Jawa Barat 2016.
Selain mendali emas, ia juga mendapatkan mendali perunggu dan perak di beberapa kejuaraan daerah maupun nasional.
Kendati mendapatkan penghargaan mendali yang begitu banyak, tapi masa depan ayah dengan tiga anak ini masih menggantung.
Pasalnya, di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Lombok Tengah, dia hanya berstaus sebagai pegawai honorer dengan gaji Rp 400.000 per bulan.
Baca juga: Mantan Atlet Dayung Nasional Jadi Nelayan Kecil, Dulu Ikut Olimpiade dan Raih Emas SEA Games
Munakip menuturkan, dengan gaji itu, ia sangat merasa jauh dari kata cukup. Terlebih, ia mempunyai tiga anak yang masih kecil.
“Kalau dibilang cukup ya jauh dari kata itu, anak saya tiga yang paling besar baru kelas 2 SD, terus yang paling kecil baru berumur 8 bulan, nah kebutuhan sangat tinggi, terutama harga pampers si kecil,” kata Munakip ditemui di rumahnya, Minggu (29/8/2021)