PAMEKASAN, KOMPAS.com - Berbagai upaya dilakukan kedua orangtua Fahmi Sodik (15) supaya buah hati mereka bisa berjalan.
Pasangan suami istri Sabber (57) dan Sajuni (45), warga Dusun Laok Gunung, Desa Waru Timur, Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan itu bahkan pernah melakukan cara yang tak lumrah yakni dengan mengubur separuh badan Fahmi di depan rumah mereka.
Fahmi dikubur separuh badan selama delapan hari di siang hari. Saat itu mereka meyakini cara tersebut bisa membuat Fahmi bisa berjalan.
Ketika malam hari, mereka mengangkat tubuh sang anak agar Fahmi dapat beristirahat.
Baca juga: Kegigihan Fahmi Menimba Ilmu, Merangkak ke Sekolah hingga Tubuh Penuh Luka
Dibawa ke dukun
Sabber menjelaskan, beragam saran diberikan orang kepadanya agar anaknya bisa berjalan normal. Dimulai dengan cara pijat dan terapi.
Saat berusia 6 tahun, Fahmi pernah diterapi ke salah satu dukun di Pamekasan.
Di rumah dukun tersebut, Fahmi bersama ibunya Sajuni, harus menginap selama dua bulan. Namun tidak ada hasilnya.
"Menginap di rumah dukun dua bulan pernah. Bahkan dikubur separuh badan juga pernah. Keduanya tidak ada hasilnya," kata Sabber saat ditemui di rumahanya, Senin (23/8/2021).
Saat dikubur separuh badan, Fahmi menjadi tontonan warga dan teman-temannya.
Bahkan Fahmi menangis ketika awal-awal dikubur.
"Sebetulnya saya tidak tega, tapi namanya usaha tetap harus ditempuh meskipun hasilnya nihil," ungkap Sabber.
Baca juga: Pertempuran 5 Jam di Depan Masjid Agung Assyuhada Pamekasan dan Kuburan Massal Pejuang
Sabber mengatakan, ada seseorang yang kemudian memberi tahunya untuk mengikat seluruh tubuh Fahmi menggunakan kain, seperti bayi waktu baru lahir.
Itu dilakukan selama kurang lebih tiga bulan saat Fahmi berusia 10 tahun. Cara ini juga tak ada hasilnya.
Tanpa disangka, ada orang Jember yang prihatin mengetahui kondisi Fahmi dan keluarganya.
Orang tersebut datang ke rumah Fahmi dan mengajaknya berobat ke salah satu rumah sakit di Surabaya.
Baca juga: Baliho Elite Politik Bertebaran di Pamekasan, Ternyata Banyak yang Tak Berizin
Saat dilakukan pengecekan ke seluruh kondisi tubuh Fahmi, ada kelainan pada otot di tungkai pahanya.
"Usai dari dokter itu, Fahmi diberi tongkat untuk berlatih. Tapi tongkat itu tidak dipakai karena tidak cocok untuk kondisi jalan di rumah yang berbatu. Fahmi sering jatuh," terang Sabber.
Perlahan, Fahmi yang awalnya hanya bisa merangkak, mulai belajar berjalan dengan bantuan tongkat kayu dan bambu seadanya.
Berharap anaknya sembuh
Untuk menyembuhkan kondisi Fahmi, Sabber sudah banyak menghabiskan banyak biaya.
Terhitung sudah lebih dari Rp 20 juta dikeluarkannya.
Padahal kondisi ekonomi Sabber tak menentu. Dia hanya bekerja sebagai kuli serabutan.
"Sekarang saya hanya bisa pasrah dan tak pernah putus asa dalam doa untuk kesembuhan Fahmi," ungkap Sabber.
Sampai saat ini, belum pernah ada bantuan dari pemerintah untuk penanganan kondisi Fahmi secara khusus.
Baca juga: Bripka La Ilo Raih Penghargaan PBB, Komandan Brimob: Dia Berdedikasi Tinggi dan Disiplin
Merangkak hingga tubuh penuh luka
Sebelumnya diberitakan, seorang bocah 15 tahun di Pamekasan mengalami kelainan hingga menyebabkan dirinya tak bisa berjalan.
Tak seperti kebanyakan anak-anak lain seusianya, Fahmi tak bisa berjalan.
Dokter memvonisnya menderita cerebral palsy hingga menyebabkan kelainan gerakan pada bagian tungkai pahanya.
Sehari-hari, Fahmi berangkat ke sekolahnya di Lembaga Pendidikan Raudlatul Mubtadi'in, Waru Timur dengan cara merangkak.
Namun, belakangan ini Fahmi mulai belajar berjalan kaki dengan dibantu tongkat kayu dan bambu.
"Sudah sekitar tiga bulan ini Fahmi belajar jalan kaki. Sebelumnya merangkak kalau ke sekolah," ujar M. Syahrawi Fadli, Kepala Sekolah Dasar Islam Raudlatul Mubtadi'in, saat ditemui Senin (23/8/2021).
Meskipun menggunakan tongkat sebagai alat bantu, Fahmi masih sering terjatuh.
Bahkan dia kerap berguling-guling, baik di sekolah atau pun di jalan menuju sekolah.
Tak heran, di tubuh Fahmi terdapat banyak bekas luka, terutama di bagian dagu.
Luka itu dialami Fahmi sejak masih merangkak menuju ke sekolah hingga berjalan dengan tongkat.
"Bekas luka di paha karena belajar jalan kaki. Kalau bekas luka yang lain, waktu dia jalan merangkak," kata Sabber, ayah Fahmi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.