Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pilu Fahmi, Tak Bisa Berjalan hingga Pernah Dikubur Separuh Badan Selama 8 Hari

Kompas.com - 24/08/2021, 05:10 WIB
Taufiqurrahman,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Berbagai upaya dilakukan kedua orangtua Fahmi Sodik (15) supaya buah hati mereka bisa berjalan.

Pasangan suami istri Sabber (57) dan Sajuni (45), warga Dusun Laok Gunung, Desa Waru Timur, Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan itu bahkan pernah melakukan cara yang tak lumrah yakni dengan mengubur separuh badan Fahmi di depan rumah mereka.

Fahmi dikubur separuh badan selama delapan hari di siang hari. Saat itu mereka meyakini cara tersebut bisa membuat Fahmi bisa berjalan.

Ketika malam hari, mereka mengangkat tubuh sang anak agar Fahmi dapat beristirahat.

Baca juga: Kegigihan Fahmi Menimba Ilmu, Merangkak ke Sekolah hingga Tubuh Penuh Luka

Dibawa ke dukun

Ilustrasi  Net/ Tribunnews.com Ilustrasi

Sabber menjelaskan, beragam saran diberikan orang kepadanya agar anaknya bisa berjalan normal. Dimulai dengan cara pijat dan terapi.

Saat berusia 6 tahun, Fahmi pernah diterapi ke salah satu dukun di Pamekasan.

Di rumah dukun tersebut, Fahmi bersama ibunya Sajuni, harus menginap selama dua bulan. Namun tidak ada hasilnya.

"Menginap di rumah dukun dua bulan pernah. Bahkan dikubur separuh badan juga pernah. Keduanya tidak ada hasilnya," kata Sabber saat ditemui di rumahanya, Senin (23/8/2021).

Saat dikubur separuh badan, Fahmi menjadi tontonan warga dan teman-temannya.

Bahkan Fahmi menangis ketika awal-awal dikubur. 

"Sebetulnya saya tidak tega, tapi namanya usaha tetap harus ditempuh meskipun hasilnya nihil," ungkap Sabber.

Baca juga: Pertempuran 5 Jam di Depan Masjid Agung Assyuhada Pamekasan dan Kuburan Massal Pejuang

 

Ilustrasi medical formSHUTTERSTOCK Ilustrasi medical form
Dibawa ke RS

Sabber mengatakan, ada seseorang yang kemudian memberi tahunya untuk mengikat seluruh tubuh Fahmi menggunakan kain, seperti bayi waktu baru lahir.

Itu dilakukan selama kurang lebih tiga bulan saat Fahmi berusia 10 tahun. Cara ini juga tak ada hasilnya.

Tanpa disangka, ada orang Jember yang prihatin mengetahui kondisi Fahmi dan keluarganya.

Orang tersebut datang ke rumah Fahmi dan mengajaknya berobat ke salah satu rumah sakit di Surabaya.

Baca juga: Baliho Elite Politik Bertebaran di Pamekasan, Ternyata Banyak yang Tak Berizin

Saat dilakukan pengecekan ke seluruh kondisi tubuh Fahmi, ada kelainan pada otot di tungkai pahanya.

"Usai dari dokter itu, Fahmi diberi tongkat untuk berlatih. Tapi tongkat itu tidak dipakai karena tidak cocok untuk kondisi jalan di rumah yang berbatu. Fahmi sering jatuh," terang Sabber.

Perlahan, Fahmi yang awalnya hanya bisa merangkak, mulai belajar berjalan dengan bantuan tongkat kayu dan bambu seadanya.

Berharap anaknya sembuh

Untuk menyembuhkan kondisi Fahmi, Sabber sudah banyak menghabiskan banyak biaya.

Terhitung sudah lebih dari Rp 20 juta dikeluarkannya.

Padahal kondisi ekonomi Sabber tak menentu. Dia hanya bekerja sebagai kuli serabutan.

"Sekarang saya hanya bisa pasrah dan tak pernah putus asa dalam doa untuk kesembuhan Fahmi," ungkap Sabber. 

Sampai saat ini, belum pernah ada bantuan dari pemerintah untuk penanganan kondisi Fahmi secara khusus.

Baca juga: Bripka La Ilo Raih Penghargaan PBB, Komandan Brimob: Dia Berdedikasi Tinggi dan Disiplin

 

Merangkak hingga tubuh penuh luka

Sebelumnya diberitakan, seorang bocah 15 tahun di Pamekasan mengalami kelainan hingga menyebabkan dirinya tak bisa berjalan.

Tak seperti kebanyakan anak-anak lain seusianya, Fahmi tak bisa berjalan.

Dokter memvonisnya menderita cerebral palsy hingga menyebabkan kelainan gerakan pada bagian tungkai pahanya.

Sehari-hari, Fahmi berangkat ke sekolahnya di Lembaga Pendidikan Raudlatul Mubtadi'in, Waru Timur dengan cara merangkak.

Namun, belakangan ini Fahmi mulai belajar berjalan kaki dengan dibantu tongkat kayu dan bambu.

"Sudah sekitar tiga bulan ini Fahmi belajar jalan kaki. Sebelumnya merangkak kalau ke sekolah," ujar M. Syahrawi Fadli, Kepala Sekolah Dasar Islam Raudlatul Mubtadi'in, saat ditemui Senin (23/8/2021).

Meskipun menggunakan tongkat sebagai alat bantu, Fahmi masih sering terjatuh.

Bahkan dia kerap berguling-guling, baik di sekolah atau pun di jalan menuju sekolah.

Tak heran, di tubuh Fahmi terdapat banyak bekas luka, terutama di bagian dagu.

Luka itu dialami Fahmi sejak masih merangkak menuju ke sekolah hingga berjalan dengan tongkat.

"Bekas luka di paha karena belajar jalan kaki. Kalau bekas luka yang lain, waktu dia jalan merangkak," kata Sabber, ayah Fahmi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Regional
Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Regional
Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Regional
Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Regional
Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Regional
Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Kilas Daerah
Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Regional
LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

Regional
3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

Regional
Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Regional
PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

Regional
Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Regional
Polisi Tangkap Penipu Modus Jual Barang di Aplikasi Belanja Online

Polisi Tangkap Penipu Modus Jual Barang di Aplikasi Belanja Online

Regional
Kecelakaan di Pontianak, 2 Bocah Penjual Kue Meninggal

Kecelakaan di Pontianak, 2 Bocah Penjual Kue Meninggal

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik, 2 Warga Dilaporkan Hilang, Diduga Tertimbun

Longsor di Sitinjau Lauik, 2 Warga Dilaporkan Hilang, Diduga Tertimbun

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com