PAMEKASAN, KOMPAS.com - Perjuangan Fahmi Sodik (15), anak bungsu pasangan suami istri Sabber (57) dan Sajuni (45) asal Dusun Laok Gunung, Desa Waru Timur, Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan untuk bisa mengenyam pendidikan, sungguh mengharukan.
Keterbatasan fisik tidak menyurutkan tekad Fahmi untuk menimba ilmu.
Tak seperti kebanyakan anak-anak lain seusianya, Fahmi tak bisa berjalan.
Dokter memvonisnya menderita cerebral palsy hingga menyebabkan kelainan gerakan pada bagian tungkai pahanya.
Fahmi pun memiliki keterbatasan menyerap materi pelajaran lantaran penyakitnya.
Baca juga: Penantian Tukang Tambal Ban Bertemu Anaknya yang Diculik sejak Setahun Lalu, Bermula Menolak Lamaran
Merangkak ke sekolah hingga pakai tongkat
Sehari-hari, Fahmi berangkat ke sekolahnya di Lembaga Pendidikan Raudlatul Mubtadi'in, Waru Timur dengan cara merangkak.
Namun, belakangan ini Fahmi mulai belajar berjalan kaki dengan dibantu tongkat kayu dan bambu.
"Sudah sekitar tiga bulan ini Fahmi belajar jalan kaki. Sebelumnya merangkak kalau ke sekolah," ujar M. Syahrawi Fadli, Kepala Sekolah Dasar Islam Raudlatul Mubtadi'in, saat ditemui Senin (23/8/2021).
Meskipun menggunakan tongkat sebagai alat bantu, Fahmi masih sering terjatuh.
Bahkan dia kerap berguling-guling, baik di sekolah atau pun di jalan menuju sekolah.
Tak heran, di tubuh Fahmi terdapat banyak bekas luka, terutama di bagian dagu.
Luka itu dialami Fahmi sejak masih merangkak menuju ke sekolah hingga berjalan dengan tongkat.
"Bekas luka di paha karena belajar jalan kaki. Kalau bekas luka yang lain, waktu dia jalan merangkak," kata Sabber, ayah Fahmi.
Baca juga: Pekerja Jalan Jadi Korban Kekejaman KKB, Kapolda Papua Ingatkan Hal Ini