Salin Artikel

Kegigihan Fahmi Menimba Ilmu, Merangkak ke Sekolah hingga Tubuh Penuh Luka

Keterbatasan fisik tidak menyurutkan tekad Fahmi untuk menimba ilmu.

Tak seperti kebanyakan anak-anak lain seusianya, Fahmi tak bisa berjalan.

Dokter memvonisnya menderita cerebral palsy hingga menyebabkan kelainan gerakan pada bagian tungkai pahanya.

Fahmi pun memiliki keterbatasan menyerap materi pelajaran lantaran penyakitnya.

Merangkak ke sekolah hingga pakai tongkat

Sehari-hari, Fahmi berangkat ke sekolahnya di Lembaga Pendidikan Raudlatul Mubtadi'in, Waru Timur dengan cara merangkak.

Namun, belakangan ini Fahmi mulai belajar berjalan kaki dengan dibantu tongkat kayu dan bambu.

"Sudah sekitar tiga bulan ini Fahmi belajar jalan kaki. Sebelumnya merangkak kalau ke sekolah," ujar M. Syahrawi Fadli, Kepala Sekolah Dasar Islam Raudlatul Mubtadi'in, saat ditemui Senin (23/8/2021).

Meskipun menggunakan tongkat sebagai alat bantu, Fahmi masih sering terjatuh.

Bahkan dia kerap berguling-guling, baik di sekolah atau pun di jalan menuju sekolah.

Tak heran, di tubuh Fahmi terdapat banyak bekas luka, terutama di bagian dagu.

Luka itu dialami Fahmi sejak masih merangkak menuju ke sekolah hingga berjalan dengan tongkat.

"Bekas luka di paha karena belajar jalan kaki. Kalau bekas luka yang lain, waktu dia jalan merangkak," kata Sabber, ayah Fahmi.

Meskipun berjalan tak sempurna, Fahmi tergolong siswa kelas yang rajin masuk kelas. Bahkan, waktu duduk di kelas IV, Fahmi tak pernah absen.

"Kalau kehadiran di dalam kelas, Fahmi ini teladan karena tidak pernah absen," terang Abdul Aziz, mantan wali kelas Fahmi.

Normalnya, Fahmi saat ini sudah duduk di kelas VII SMP. Namun ia sering tidak naik kelas.

Selain punya keterbatasan fisik, penyakit tersebut membuat Fahmi memiliki keterbatasan otak dalam menyerap pelajaran.

Akibatnya, Fahmi masih belum bisa membaca. Akhir-akhir ini, Fahmi menangis ketika tidak naik kelas. Sehingga wali kelasnya terpaksa menaikkan Fahmi ke kelas berikutnya.

"Pernah tidak naik kelas dua tahun yang lalu. Fahmi kemudian nangis sambil guling-guling di lapangan sekolah. Akhirnya dewan guru menaikkannya meskipun masih belum bisa baca tulis," ungkap Syahrawi.

Sabber, ayah Fahmi nekad menyekolahkan anaknya meskipun tahu anaknya banyak keterbatasan.

Alasan Sabber, agar di kemudian hari ia tidak dituntut oleh anaknya. Sabber juga mengaku takut jika dimintai pertanggungjawaban di akhirat.

"Mencari ilmu wajib. Makanya Fahmi saya sekolahkan. Persoalan dia dapat ilmu atau tidak, masing-masing orang punya kemampuan," ungkap Sabber. 

https://regional.kompas.com/read/2021/08/23/173558878/kegigihan-fahmi-menimba-ilmu-merangkak-ke-sekolah-hingga-tubuh-penuh-luka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke