Hal yang sama dirasakan Lenggangpakuan Annisaqodri atau biasa disapa Ninis. Menurutnya, itulah perbedaan yang paling dirasakannya saat menyusui anak keduanya di kala pandemi.
"Kalau menyusui sebelum pandemi, yang penting sebelum pegang bayi cuci tangan, langsung nyusuin. Bisa sambil lihat-lihatan sama bayinya, bisa banyak bonding time-nya.
"Sedangkan dengan kondisi Covid, menyusui itu, bayi datang nyusu, habis itu sudah, selesai. [Saya merasa] kehilangan momen bonding sama anak," ungkap Ninis.
Ia berkata sesak napas karena terpapar Covid semakin menyulitkan proses menyusui. Terlebih, Ninis juga baru bertubi-tubi ditimpa musibah.
Baca juga: Wanita Muda Hamil 8 Bulan Tewas di Kos Semarang, Saksi Temukan Ini
Pascapersalinan, Ninis mengalami baby blues syndrome. Selama kurang lebih lima hari, Ninis sempat menolak menyusui, sehingga si bayi harus minum ASI perah menggunakan pipet dan gelas khusus.
Saat telah pulih dari baby blues syndrome, suaminya meninggal akibat sakit di akhir tahun lalu.
Kondisi psikis Ninis yang tengah berduka itu mengakibatkan produksi ASI-nya menurun. Ditambah lagi, anaknya harus dirawat di rumah sakit karena demam berdarah.
Tak lama berselang, Ninis dan ayahnya, yang tinggal serumah, dinyatakan positif Covid-19. Sementara ibu, adik, dan kedua anaknya, negatif.
Baca juga: IBI Sebut 51 Persen Ibu Hamil Positif Covid-19 Tanpa Gejala
"Menyusui anak kedua ini berat banget," kata Ninis yang baru kembali ke Bandung setelah sekian lama tinggal bersama suami di Papua.
Namun begitu, ia bersyukur mendapat dukungan dari keluarga dan teman-temannya di komunitas ibu menyusui, AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) Jabar.
"Teman-teman yang terus menguatkan, setiap hari bertanya kabar. Jadi akhirnya, saya semangat. Masih ada orang-orang yang peduli," katanya.
Baca juga: Ibu Hamil yang Ditandu 37 Kilometer Alami Syok Usai Melahirkan
Ia menekankan pentingnya support system bagi ibu menyusui.
Ketika dia mengalami gejala Covid-19, Ninis sempat berencana memberikan ASI perah kepada anaknya.
Tapi, "Anaknya ngamuk, nangis-nangis, dan akhirnya malah tidak mau minum [ASI perah] sama sekali, tidak mau makan sama sekali."
Ketika kedua anaknya, beserta ibu dan adiknya dinyatakan positif Covid saat tes swab ulang, Ninis meyakini penularan bukan akibat dari menyusui langsung.
"Kalaupun tertular pasti bukan dari ASI-nya, bukan dari proses menyusuinya. Kemungkinan terpapar dari sebelum kita bermasker di rumah," ujar alumni Fakultas Kedokteran Universitas Jendral Achmad Yani ini.
Baca juga: Perempuan Hamil 8 Bulan di Semarang Diduga Tewas Dibunuh Kekasihnya Sendiri