Bapaknya yang berprofesi sebagai pemandu wisata kala itu, kerap membawa tamu dari Jakarta.
Tamu yang membuat dia terkesan adalah rombongan dosen dan mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI), hingga dia berambisi untuk kuliah ke sana.
"Saat itu usia saya 13 tahun, keinginan kuat untuk kuliah di UI muncul, ingin merasakan kuliah, dari sana saya cari tahu, bagaimana caranya supaya bisa kuliah di UI, oh ternyata harus sekolah," kata Mul.
Berkat dorongan untuk kuliah tersebut, Mul, lantas masuk ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Ciboleger, di sana ambil paket A untuk mendapatkan ijazah setara SD.
Sambil belajar di PKBM, Mul juga menebarkan ilmu yang dimilikinya untuk dibagikan kepada anak-anak Baduy lain di sekitar rumahnya, dia mengajak anak-anak Baduy belajar baca tulis.
Mul mengatakan, tidak ada satu pun warga Baduy yang sekolah formal lantaran dilarang oleh aturan adat. Namun untuk belajar baca tulis boleh.
"Ada kekhawatiran adat, takut jika anak-anaknya punya ijazah, nanti mereka keluar Baduy, pergi merantau ke kota, atau tinggal di luar wilayah," kata Mul.
Untuk belajar baca tulis saja, kadang masih dicurigai oleh para kolot (orang tua) di Baduy, mereka curiga, Mul mendirikan sekolah formal.
Mul, mengatakan, dirinya hanya memberikan hak kepada orang-orang Baduy, hak untuk bisa baca tulis, tanpa ada paksaan.
Dia mengelola kelompok belajar bersama rekan-rekan sesama warga Baduy yang dulu belajar baca tulis pada bapaknya. Ia menjalankan itu secara mandiri tanpa campur tangan pemerintah.
Tawaran bantuan dari pemerintah daerah maupun pusat pernah datang, namun Mul menolak dengan pertimbangan keberlangsungan komunitasnya.
"Kalau terima bantuan dari pemerintah saya khawatir nanti harus ada struktur organisasi, ada kunjungan resmi, dampaknya malah membahayakan komunitas saya," kata Mul.
Mul mengklaim, hingga saat ini sudah ratusan anak-anak Baduy yang bisa baca tulis setelah belajar di komunitas yang dikelolanya.
Rumah untuk belajar juga kini ada di dua kampung, yakni di kampung Balimbing tempat bapaknya, dan kampung Cicampaka di mana dia tinggal sekarang.
Mul sendiri saat ini tengah melanjutkan kuliah Semester 6 di Universitas Terbuka.
Dia memilih kuliah online lantaran bisa dilakukan sambil beraktivitas sehari-hari di Baduy, seperti mengajar anak-anak belajar, bekerja hingga menjadi kepala keluarga bagi istri dan dua anaknya.
"Masuk UI belum terwujud, sudah pupus juga keinginannya karena terhambat usia," seloroh Mul.