Pada akhir tahun 1962, Sugijanto terpilih sebagai salah satu calon anggota Skuadron 42 dan dipersiapkan untuk sekolah sebagai air gunner di Rusia.
Tugasnya adalah mengoperasikan peralatan fotografi, senjata, termasuk menembakkan peluru kendali di atas pesawat TU-16 Badger.
Sayangnya, karena situasi yang tidak memungkinkan pada waktu itu, Pemerintah Indonesia akhirnya mendatangkan instruktur penembak udara dari Rusia ke Lanud Iswahjudi.
Di Skuadron 42 Lanud Iswahjudi Magetan Sugijanto menimba ilmu menjadi air gunner untuk melakukan taktik perang udara dengan menggunakan pesawat tempur Tupolev Tu-16 Badger, sebuah pesawat Rusia yang mempunyai persenjataan lengkap pada saat itu.
Beberapa bulan Sugijanto mempelajari teknik perang udara dan cara mengoperasikan kamera di persawat tersebut.
Salah satu latihan taktik perang udara yang tak akan dia lupakan adalah latihan menembakkan peluru kendali ke Pulau Kangean.
Sugijanto mengaku tak bisa membayangkan persisnya kekuatan peluru kendali pada waktu itu, namun dia memastikan peluru tersebut mampu meluluh lantakkan lapangan terbang militer atau gedung penting yang menjadi target.
“Tonitnya saya tidak tahu persis, tapi itu untuk sasaran kapal, gedung besar, proyek vital lapangan terbang yang banyak pesawatnya,” kata dia.
Sebagai air gunner di pesawat TU-16, berbagai misi di wilayah konflik seperti misi di wilayah Timor Timur, di Irian Barat dan sejumlah misi pengawasan di wilayah perbatan antar negara pernah dijalani.
Bahkan, bertemu dengan pesawat militer Malaysia di wilayah perbatasan udara juga pernah.
Sugijanto mengaku di perbatasan Selat Malaka, tepatnya di Pulau Rupat ketika pecah ketegangan antara Indonesia–Malayisa dalam konfrontasi Dwikora, pernah dihadang 2 pesawat tempur Malaysia.
Baca juga: 101 Anak di Kota Malang Kehilangan Orangtua akibat Covid-19
“Saking dekatnya posisi pesawat kami, saya bisa melihat tulisan di helm yang dipakai pilot pesawat dari Malaysia,” ujar dia.
Jika sudah berpapasan seperti itu, Sugijanto mengaku menyiapkan 2 buah tombol berwarna hijau dan tombol berwarna merah di pesawat TU-16.
Tombol warna hijau fungsinya adalah untuk memotret situasi dan pesawat musuh melalui kamera yang dipasang di TU-16.
Sementara tombol merah merupakan tombol yang berfungsi untuk melepaskan tembakan kepada sasaran musuh.
Pesawat TU-16 mempunyai senjata di bagian depan, lambung tengah dan di belakang pesawat untuk menghancurkan pesawat musuh.
“Di pesawat kami sudah siap nembak, tinggal pencet. Karena tidak ada instruksi berperang secara frontal kami menunggu perintah. Kalau kami ketembak dulu ya cilaka,” ujar dia.
Kecanggihan pesawat TU-16 yang mampu terbang di ketinggian 12 kilometer dari permukaan air laut pernah dimanfaatkan oleh rekan Sugijanto ketika dicegat pesawat delta milik Malaysia.
Pesawat yang dipiloti rekannya Damanik memilih berlindung di atas awan di ketinggian 12 kilometer, sehingga bisa mengecoh pesawat Malaysia.
“Kami bisa di ketinggian 34.000 feet atau sekitar 12 kilometer, jadi pesawat tempur yang ngejar tidak bisa terbang tinggi dan bahan bakar mereka sedikit,” terang dia.