Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kapten Sugijanto, Veteran Air Gunner Tupolev TU-16 yang Pilih Jatuh Bersama Pesawat daripada Tertangkap

Kompas.com - 12/08/2021, 18:37 WIB
Sukoco,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com –  Suaranya ramah Sugijanto menyambut saat Kompas.com berkunjung di rumahnya di KPR Taman Asri Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Jumat  (6/8/2021) sore.

Di usia yang ke-79, pensiunan anggota TNI AU yang pernah bertugas sebagai air gunner di pesawat Tupolev 16 Badger itu masih terlihat enerjik dan masih mengingat semua perjalanan dirinya selama bertugas.

Dia mengatakan, tak menyangka akan menjadi bagian dari skuadron 42 dan menjadi penembak udara pesawat tempur yang dijuluki pesawat siluman pada masanya tersebut.

“Awalnya tidak tahu kalau akan ditempatkan di Skudron 42. Saat itu saya tugas di Ambon,” kata Sugijanto, mengawali cerita.

Baca juga: Benda Jatuh dari Langit di Ngawi Ternyata Komponen Pesawat Tempur T-50i, Ini Penjelasan Lanud Iswahjudi

Sugijanto nekat mendaftar sebagai tentara setelah melihat pengumuman yang tertempel di Gedung Bioskop Dedy di Kota Solo pada tahun 1959.

Saat itu, dirinya merupakan siswa kelas 2 sekolah kehakiman.

Selain karena kecintaan terhadap negara yang saat itu berjuang mempertahankan keutuhan wilayahnya dari rong-rongan pemberontak maupun sejumlah negara lain yang berusaha merebut wilayah Negara Kesatan Republik Indonesia, kesulitan untuk melanjutkan kuliah setelah lulus dari sekolah kehakiman membulatkan tekatnya mendaftar sebagai anggota TNI AU.

“Bingung bagaimana biaya kuliah setelah lulus,” imbuh dia.

Bermarkas di gua

Sugijanto lulus dengan pangkat kopral pelajar pada tahun 1961 setelah 3 tahun menekuni pendidikan sebagai siswa radio telegrafis di Lembang, Bandung.

Tugas sebagai radio telegrafis adalah mencari informasi dari lapangan kemudian merubah berita penting dari lapangan tersebut menjadi sandi morse yang sulit dipahami oleh musuh, yang kemudian dikirim ke pucuk pimpinan TNI AU.

“Saya lulus dari pendidikan setelah 3 tahun. Padahal, biasanya pendidikan militer TNI AU  hanya butuh waktu 2 tahun,” kata dia.

Setelah dinyatakan lulus, Sugijanto mendapat penugasan di Ambon.

Pada saat itu, Indonesai menuntut pembubaran negara boneka buatan Belanda di Papua atau yang lebih terkenal dengan Operasi Trikora pada tahun 1961.

Keberadaan pos informasi di kota Ambon saat itu sangat vital karena menghubungkan informasi dari Papua ke pangkalan pusat. 

Bahkan, untuk menjaga stasiun radio komandan perhubungan Kapten Peris Warisa membuat kantor di dalam gua di salah satu bukit di Ambon untuk menghindari serangan musuh.

Baca juga: Victor Yeimo, Otak Kerusuhan di Jayapura Segera Diadili

"Jangan ditanya panas dan sumpek, wong kantornya di dalam gua,” terang dia. 

Jam pada waktu itu merupakan barang yang sangat penting untuk mengetahui waktunya mengirim informasi dari bagian wilayah Timur ke komando pusat melalui kode morse.

Meski bukan barang mewah, namun saat bertugas di Ambon Sugijanto mengaku butuh perjuangan untuk mendapatkan sebuah jam tangan karena hanya menerima gaji Rp 492.

“Jam termurah saat itu merek wingo seharga Rp 2.000. Saya harus menabung sampai 5 bulan,” ujar dia, sambil tertawa mengingat susahnya keadaan waktu itu.

 

Tugas air gunner di Lanud Iswahjudi

Pada akhir tahun 1962, Sugijanto terpilih sebagai salah satu calon anggota Skuadron 42 dan  dipersiapkan untuk sekolah sebagai air gunner di Rusia.

Tugasnya adalah mengoperasikan peralatan fotografi, senjata, termasuk menembakkan peluru kendali di atas pesawat TU-16 Badger. 

Sayangnya, karena situasi yang tidak memungkinkan pada waktu itu, Pemerintah Indonesia  akhirnya mendatangkan instruktur penembak udara dari Rusia ke Lanud Iswahjudi.

Di Skuadron 42 Lanud Iswahjudi Magetan Sugijanto menimba ilmu menjadi air gunner untuk melakukan taktik perang udara dengan menggunakan pesawat tempur Tupolev Tu-16 Badger, sebuah pesawat Rusia yang mempunyai persenjataan lengkap pada saat itu.

Beberapa bulan Sugijanto mempelajari teknik perang udara dan cara mengoperasikan kamera di persawat tersebut.

Salah satu latihan taktik perang udara yang tak akan dia lupakan adalah latihan menembakkan peluru kendali ke Pulau Kangean.

Sugijanto mengaku tak bisa membayangkan persisnya kekuatan peluru kendali pada waktu itu, namun dia memastikan peluru tersebut mampu meluluh lantakkan lapangan terbang militer atau gedung penting yang menjadi target.

“Tonitnya saya tidak tahu persis, tapi itu untuk sasaran kapal, gedung besar, proyek vital lapangan terbang yang banyak pesawatnya,” kata dia.

Dihadang pesawat asing

Sebagai air gunner di pesawat TU-16, berbagai misi di wilayah konflik seperti misi di wilayah Timor Timur, di Irian Barat dan sejumlah misi pengawasan di wilayah perbatan antar negara pernah dijalani.  

Bahkan, bertemu dengan pesawat militer Malaysia di wilayah perbatasan udara juga pernah.

Sugijanto mengaku di perbatasan Selat Malaka, tepatnya di Pulau Rupat ketika pecah ketegangan antara Indonesia–Malayisa dalam konfrontasi Dwikora, pernah dihadang 2 pesawat tempur Malaysia.

Baca juga: 101 Anak di Kota Malang Kehilangan Orangtua akibat Covid-19

 

“Saking dekatnya posisi pesawat kami, saya bisa melihat tulisan di helm yang dipakai pilot pesawat dari Malaysia,” ujar dia.

Jika sudah berpapasan seperti itu, Sugijanto mengaku menyiapkan 2 buah tombol berwarna hijau dan tombol berwarna merah di pesawat TU-16.

Tombol warna hijau fungsinya adalah untuk memotret situasi dan pesawat musuh melalui kamera yang dipasang di TU-16.

Sementara tombol merah merupakan tombol yang berfungsi untuk melepaskan tembakan kepada sasaran musuh.

Pesawat TU-16 mempunyai senjata di bagian depan, lambung tengah dan di belakang pesawat untuk menghancurkan pesawat musuh.

“Di pesawat kami sudah siap nembak, tinggal pencet. Karena tidak ada instruksi berperang secara frontal kami menunggu perintah. Kalau kami ketembak dulu ya cilaka,” ujar dia.

Kecanggihan pesawat TU-16 yang mampu terbang di ketinggian 12 kilometer dari permukaan air laut pernah dimanfaatkan oleh rekan Sugijanto ketika dicegat pesawat delta milik Malaysia.

Pesawat yang dipiloti rekannya Damanik memilih berlindung di atas awan di ketinggian 12 kilometer, sehingga bisa mengecoh pesawat Malaysia.

“Kami bisa di ketinggian 34.000 feet atau sekitar 12 kilometer, jadi pesawat tempur yang ngejar tidak bisa terbang tinggi dan bahan bakar mereka sedikit,” terang dia.

 

Menyusup wilayah udara

Salah satu misi yang cukup menegangkan yang harus dijalani oleh Sugijanto adalah saat terbang menyusup ke kawasan udara Christmas Island, kawasan Australia di Lautan Pasifik untuk melakukan pemotretan pangkalan militer.

Di lokasi tersebut merupakan lapangan militer Inggris yang banyak diparkir pesawat udara militer mereka.

Sugijanto mengaku bukan hanya sekali memasuki kawasan Australia dengan TU-16 untuk misi intelijen.

Untuk misi intelijen di wilayah perbatasan ke Malaysia atau Australia pesawat TU-16 biasanya menggunaan formasi di mana ada pesawat yang berada di depan, samping dan di belakang. 

Ia juga pernah menjalani misi psywar ke Austalia dengan menerjunkan peralatan militer seperti parasut, alat komunikasi dan makanan kaleng ke Alice Springs, Australia dan menyebarkan pamflet ke daerah Sandakan dan Kinabalu, Malaysia.

Meski mengaku kurang ingat betul peristiwa tersebut, Sugijanto mengaku jika menembus kawasan udara Australia selalu menggunakan ketingian maksimal untuk menghindari radar. 

Tabrak tiang hingga kebakaran

Selama menjadi bagian awak pesawat TU-16, berbagai peristiwa sempat dialami Sugijanto,  seperti kecelakaan yang terjadi di lapangan terbang Juanda, di mana pada saat mendarat tiba-tiba pesawatnya kehilangan daya angkat sehingga pesawat menghentak bumi dan oleng.

Sejumlah tiang lampu yang berada di ujung landasan tertabrak sayap pesawat.

“Ada low pressure di situ, nabrak tiang lampu landasan. Ekornya rusak, sayapnya sobek, tapi masih bisa mendarat dengan selamat,” kenang dia.

Kebakaran ban pesawat juga pernah dialami TU-16 saat mendarat di Medan.

Baca juga: Kecelakaan di Tol Semarang-Solo, Ketua MUI Miftachul Akhyar Dirujuk ke RSI Jemursari Surabaya

Kebakaran disebabkan sistem pengereman ban pesawat bagian belakang kiri mengalami kemacetan sehingga menggerus landasan yang memicu kebakaran.

“Landasannya sampai tergerus seperti digali panjang kemudian rodanya terbakar. Kebakaran baru bisa di atasi setelah disemprot dengan foam,” kata dia.

Kemampuan terbang pesawat TU-16 sampai 12 kilometer di atas perairan menurut Sugijanto sangat menenangkan.

Meski terbang di tengah malam, karena posisi pesawat di atas awan, membuat sinar bulan cukup menerangi perjalan misi intelijen yang dilakukan.

Di dalam keheningan tersebut, Sugijanto mengaku sering teringat doa yang dia panjatkan ketika harus menembak musuh.

Jika menghadapi keadaan terburuk saat bertugas di dalam pesawat, Sugijanto mengaku memilih hancur bersama pesawat yang diawaki dibandingkan harus menggunakan kursi pelontar dan tertangkap.

“Saya berdoa semoga tembakan saya meleset karena rasa kemanusiaan. Tapi, tugas negara juga harus saya tunaikan,” ujar dia.

Karir Sugijanto kemudian berganti setelah sejumlah pesawat TU-16 rusak. 

Sugijanto kemudian mendapat penugasan di Skadron 17 VIP dengan tugas membawa pejabat penting.

Sugijanto juga pernah ditempatkan di Skuadron 2 sebagai awak pesawat Dakota dengan tugas membantu peperangan di Timor Timur.

 

Kemudian, memantau serta mengawasi kawasan sejumlah lapangan terbang kecil yang tersebar di sejumlah pulau seperti di Pulau Morotai, Pulau Langgur dan sebuah lapangan terbang kecil peninggalan Jepang di Doka Barat.

Lapangan terbang yang terbuat dari susunan batu karang tersebut juga harus dijaga karena merupakan lapangan terbang alternatif dalam tugas pengawasan wilayah perbatasan bagian Timur.

Dengan pesawat Dakota, Sugijanto juga sering melakukan operasi penjemputan pasukan yang terluka untuk dievakuasi ke lokasi yang lebih aman.

Baca juga: Sosok Victor Yeimo, Otak Kerusuhan Jayapura, Dikenal sebagai Orator, Vokal Suarakan Pembebasan Papua

Dalam operasi penjemputan di Timor Timur, pesawat yang ditumpangi juga pernah ditembaki musuh saat akan take off.

Pada saat itu, pesawat digunakan untuk melakukan evakuasi pasukan yang terluka.

Meski beberapa peluru sempat menembus lambung pesawat, namun tak satupun peluru melukai tentara yang dievakuasi.  

Sugijanto Sempat mendapat kesempatan kuliah di Amerika tahun 1979. Setelah pulang dari kuliah, Sugijanto mendapat kesempatan menjadi ajudan KSAU.

Ia sempat menjabat ajudan 3 pejabat KSAU sebelum menjadi ajudan dan Sekretaris Direktur Intelijen BAIS Kolonel Teddy Rusdy, hingga pensiun dari TNI AU pada tahun 1997 dengan pangat terakhir Kapten.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diduga Depresi Usai Bunuh Perempuan di Kamar Kos, Lansia Ini Gantung Diri di Pantai Kejora

Diduga Depresi Usai Bunuh Perempuan di Kamar Kos, Lansia Ini Gantung Diri di Pantai Kejora

Regional
Polisi Tangkap Pemuda Bawa Senjata Tajam saat Nongkrong di Solo

Polisi Tangkap Pemuda Bawa Senjata Tajam saat Nongkrong di Solo

Regional
Akui Tidak Punya Uang, Bernadus Ratu-Albertus Ben Bao Deklarasi Maju Pilkada Sikka dari Jalur Independen

Akui Tidak Punya Uang, Bernadus Ratu-Albertus Ben Bao Deklarasi Maju Pilkada Sikka dari Jalur Independen

Regional
3 Kader Demokrat Berebut Restu AHY di Pilkada Sumsel, Cik Ujang Klaim Sudah Kantongi Rekomendasi

3 Kader Demokrat Berebut Restu AHY di Pilkada Sumsel, Cik Ujang Klaim Sudah Kantongi Rekomendasi

Regional
Eks Komisioner KPU Konsultasi Calon Independen Pilkada Magelang

Eks Komisioner KPU Konsultasi Calon Independen Pilkada Magelang

Regional
Setelah Gerindra, Rektor Unsa Daftar Maju Pilkada ke PSI

Setelah Gerindra, Rektor Unsa Daftar Maju Pilkada ke PSI

Regional
Terima Pendaftaran Pilkada Manokwari, PDI-P: Kami Tak Koalisi dengan PKS

Terima Pendaftaran Pilkada Manokwari, PDI-P: Kami Tak Koalisi dengan PKS

Regional
Sepasang Calon Perseorangan Mendaftar di Pilkada Pangkalpinang

Sepasang Calon Perseorangan Mendaftar di Pilkada Pangkalpinang

Regional
Telan Anggaran Rp 6,79 Miliar, Perbaikan Jembatan Sungai Babon Semarang-Demak Dikebut

Telan Anggaran Rp 6,79 Miliar, Perbaikan Jembatan Sungai Babon Semarang-Demak Dikebut

Regional
5 Orang Diperiksa, Penemuan Pria Berlumpur dan Tangan Terikat di Sungai Semarang Masih Misteri

5 Orang Diperiksa, Penemuan Pria Berlumpur dan Tangan Terikat di Sungai Semarang Masih Misteri

Regional
Rumah Terancam Disita Bank, Korban Penipuan Katering Buka Puasa Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Donasi

Rumah Terancam Disita Bank, Korban Penipuan Katering Buka Puasa Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Donasi

Regional
Cerobong Asap Terbakar, Pabrik Tahu di Kabupaten Semarang Ludes Dilalap Api

Cerobong Asap Terbakar, Pabrik Tahu di Kabupaten Semarang Ludes Dilalap Api

Regional
Pendaftaran PPS 301 Desa di Magelang Diperpanjang, Apa Penyebabnya?

Pendaftaran PPS 301 Desa di Magelang Diperpanjang, Apa Penyebabnya?

Regional
Kaesang Pangarep Tergetkan PSI Menang di Pilkada Solo

Kaesang Pangarep Tergetkan PSI Menang di Pilkada Solo

Regional
4 Hari Kandas, 2 Kapal Kargo di Pelabuhan Pangkalbalam Diselamatkan

4 Hari Kandas, 2 Kapal Kargo di Pelabuhan Pangkalbalam Diselamatkan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com