Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal Perintis Berhenti Beroperasi di Maluku, Begini Penjelasan Pelni

Kompas.com - 29/07/2021, 20:57 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

AMBON,KOMPAS.com - Sebanyak tujuh kapal perintis yang selama ini menjadi sarana transportasi warga di Maluku berhenti beroperasi sementara.

Kepala Operasional PT Pelni Cabang Ambon, Muhammad Assagaff mengatakan, penghentian operasional tujuh kapal perintis itu sudah dilakukan sejak pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Baca juga: Pemprov Maluku Alokasikan Rp 39 Miliar untuk Pembayaran Insentif Nakes

“Ada PPKM makanya dengan alasan itu dihentikan operasional. Karena di sana kita syaratnya harus vaksin, sementara di kecamatan dan pulau-pulau ini kan sarana vaksin belum ada jadi nanti ditahan dan sebagainya jadi kita setop dulu selama PPKM,” kata Assagaff kepada Kompas.com via telepon seluler, Kamis (29/7/2021).

Ia menjelaskan, penghentian operasional tujuh kapal perintis itu merupakan keputusan dari PT Pelni pusat. Sementara pihaknya hanya menindaklanjuti keputusan tersebut.

Selain itu, penghentian operasional tujuh kapal itu juga telah mendapat persetujuan dari Kementerian Perhubungan.

“Itu keputusan dari Pelni pusat tapi bukan Pelni saja sudah koordinasi dengan kementrian perhubungan, kita di cabang tak bisa ambil keputusan kalau untuk operasional kapal,” ujarnya.

Adapun tujuh kapal perintis yang saat ini berhenti beroperasi di wilayah Maluku itu yakni KM Sabuk Nusantara 72, KM Sabuk Nusantara 87, KM Sabuk Nusantara 107, KM Sabuk Nusantara 103, KM Sabuk Nusantara 105, KM Sabuk Nusantara 71, dan KM Sabuk Nusantara 75.

Baca juga: Insentif Nakes Senilai Rp 13,6 Miliar Belum Cair Sejak Oktober 2020, Ini Janji Pemkab Banyuwangi

“Ada lima kapal yang homebase Ambon, satu homebase ternate dan satu lagi homebase Saumlaki,” katanya.

Assagaff mengakui, keberadaan kapal perintis di Maluku selama ini sangat membantu konektivitas antarpulau di Maluku.

 

Warga juga sangat terbantu dengan keberadaan kapal-kapal tersebut karena biayanya yang sangat murah.

“Karena itu kan subsidi semua. Jadi operasi kapal perintis ini kita misinya sosial untuk menyambung antara bukan misi komersial, misalnya ke Banda kalau kapal besar Rp 110.000  kalau kapal perintis hanya Rp 25.000 jadi murah sekali kita tidak ada untung di situ,” ungkapnya.

Ia pun berharap pandemi Covid-19 di Maluku segera berakhir dan pemerintah segera mencabut PPKM sehingga tujuh kapal tersebut bisa kembali beroperasi.

Baca juga: 140 Rumah Sehat di Masing-masing Kelurahan di Surabaya Mulai Beroperasi

“Kita berharap kapal bisa diberangkatkan kembali karena kasihan masyarakat kita di sini,” katanya.

Penghentian operasional tujuh kapal perintis tersebut patut disayangkan karena selama ini menjadi sarana transportasi laut yang sangat diandalkan warga untuk menjangkau pulau-pulau terluar di Maluku yang sulit disinggahi kapal berukuran besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebelum Lawan Korsel, Arhan Pratama Sempat 'Video Call' Ibunda

Sebelum Lawan Korsel, Arhan Pratama Sempat "Video Call" Ibunda

Regional
Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Regional
Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com