Kualitas rendah air paling banyak diperoleh dari sampel air sumur gali. Sebanyak 106 dari 265 sampel air itu berasal dari sumur gali di rumah warga.
Sejumlah 80 sampel dari sumur gali itu menunjukkan pencemaran, sedangkan 26 sampel air sumur masuk kategori masih baik.
Sumur gali di daerah Selatan kualitas airnya lebih rendah jika dibandingkan di daerah Utara, karena air tanahnya dangkal dan jika hujan sering terjadi genangan air di sekitar sumur gali.
Baca juga: Tercemar Minyak Kelapa Sawit, Air Sungai Mahakam Tak Bisa Dikonsumsi dan Ikan di Tambak Mati
Sedangkan rata-rata air PDAM dan sarana air komunal warga kondisinya baik.
“Bahkan ada yang 0 (indeks MPN) per 100 ml air, seperti di beberapa air komunal warga,” kata Bangun.
Dalam observasi lapangan, kondisi sumur turut memperkuat rendahnya kualitas air.
Sumur gali banyak berdiri berdampingan dengan sumber pencemaran, seperti septictank, tempat pembuangan sampah, maupun kandang ternak.
Banyak sumur tidak dilengkapi saluran pembuangan air limbah hingga kondisi lantainya retak.
Selain itu, kurangnya kesadaran berperilaku sehat masyarakat, seperti setelah dari kebun atau kandang langsung memegang tali timba dan tidak cuci tangan dengan sabun di air yang mengalir terlebih dahulu.
“Syarat sumur gali yang baik adalah jauh dari pencemaran, minimal 11 meter, seperti genangan air, sampah, dan limbah,” kata Bangun.
Baca juga: Bengawan Solo Masih Tercemar, Ganjar Tagih Janji Perusahaan Tak Buang Limbah ke Sungai
“Tiga meter dari permukaan tanah harus kedap air atau diplester rapat, adanya jerambah atau lantai sumur yang tidak retak, bibir sumur terbuat dari bahan yang kuat, timba yang selalu tergantung dan tidak diletakkan di lantai, serta didukung perilaku masyarakat dalam memperlakukan sumber air itu sendiri,” kata Bangun.