Salin Artikel

68 Persen Sumber Air Warga Kulon Progo Tercemar Limbah Rumah Tangga

Hal ini diketahui dari uji laboratorium pada ratusan sampel air yang diambil dari sarana air warga.

Seksi Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja dan Olahraga di Dinas Kesehatan Kulon Progo melakukan penelitian ini pada 2020.

“Kemungkinan disebabkan oleh merembesnya air buangan ke dalam sarana air minum, lingkungan yang belum sehat serta perilaku dalam memperlakukan sarana air minum sendiri,” kata Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Kesehatan Olahraga, Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kulon Progo, Slamet Riyanto, di ruang kerjanya, Senin (14/6/2021).

Pengambilan sampel berlangsung dalam Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) yang dilakukan Sanitarian Puskesmas.

Sampel air diambil dari 256 sarana air warga yang mempunyai tingkat risiko rendah dan sedang terjadinya pencemaran.

Dinas Kesehatan Kulon Progo mengambil sampel di sumber air PDAM dan beberapa titik di jalur pemipaannya, sarana air komunal warga, hingga depot air minum.

Sementara puskesmas mengambil sampel dari sumur rumah tangga berupa sumur bor maupun sumur gali.

Hasil uji laboratorium menunjukkan 68 persen sampel air itu memiliki indeks kategori tercemar.

Indeks didapat dari pemeriksaan mikrobiologi dengan metode Most Probable Number (MPN). Hasilnya, ada lebih dari 50 bakteri coliform di setiap 100 mililiter air.

Mayoritas air pun dinilai memiliki kualitas kurang baik sehingga perlu ditingkatkan dan perlu diolah lagi untuk dimanfaatkan dan dikonsumsi.

“Hanya 32 persen sudah memenuhi syarat. Otomatis sisanya belum memenuhi syarat,” kata Sanitarian Dinkes Kulon Progo, Bangun Nugroho Wibowo.


Kualitas rendah air paling banyak diperoleh dari sampel air sumur gali. Sebanyak 106 dari 265 sampel air itu berasal dari sumur gali di rumah warga.

Sejumlah 80 sampel dari sumur gali itu menunjukkan pencemaran, sedangkan 26 sampel air sumur masuk kategori masih baik.

Sumur gali di daerah Selatan kualitas airnya lebih rendah jika dibandingkan di daerah Utara, karena air tanahnya dangkal dan jika hujan sering terjadi genangan air di sekitar sumur gali.

Sedangkan rata-rata air PDAM dan sarana air komunal warga kondisinya baik.

“Bahkan ada yang 0 (indeks MPN) per 100 ml air, seperti di beberapa air komunal warga,” kata Bangun.

Dalam observasi lapangan, kondisi sumur turut memperkuat rendahnya kualitas air.

Sumur gali banyak berdiri berdampingan dengan sumber pencemaran, seperti septictank, tempat pembuangan sampah, maupun kandang ternak.

Banyak sumur tidak dilengkapi saluran pembuangan air limbah hingga kondisi lantainya retak.

Selain itu, kurangnya kesadaran berperilaku sehat masyarakat, seperti setelah dari kebun atau kandang langsung memegang tali timba dan tidak cuci tangan dengan sabun di air yang mengalir terlebih dahulu.

“Syarat sumur gali yang baik adalah jauh dari pencemaran, minimal 11 meter, seperti genangan air, sampah, dan limbah,” kata Bangun.

“Tiga meter dari permukaan tanah harus kedap air atau diplester rapat, adanya jerambah atau lantai sumur yang tidak retak, bibir sumur terbuat dari bahan yang kuat, timba yang selalu tergantung dan tidak diletakkan di lantai, serta didukung perilaku masyarakat dalam memperlakukan sumber air itu sendiri,” kata Bangun.


Kualitas air sumur yang tidak memenuhi syarat bisa sebagai media penularan penyakit seperti diare, cacingan, typhus, dan hepatitis A.

Penyakit itu ikut andil terjadinya stunting pada anak.

“Kemunculan penyakit ini bisa mengakibatkan terganggunya perkembangan anak saat di kandungan sehingga dapat menurunkan kualitas generasi yang akan datang,” kata Slamet.

Karenanya, hasil ini menjadi bahan pemerintah mendorong perbaikan kualitas air lewat berbagai program dan kerja sama berbagai dinas, seperti rencana pengamanan air minum rumah tangga, perbaikan di PDAM dan sambungan komunal.

Dinas Kesehatan Kulon Progo juga mendorong perubahan perilaku pada masyarakat lewat berbagai edukasi.

https://regional.kompas.com/read/2021/06/14/174223378/68-persen-sumber-air-warga-kulon-progo-tercemar-limbah-rumah-tangga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke