NUNUKAN, KOMPAS.com – Kebijakan lockdown total Pemerintah Malaysia sejak 1 Juni 2021, berdampak bagi warga di kawasan perbatasan Republik Indonesia (RI) – Malaysia.
Wilayah Kecamatan Lumbis Pansiangan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, misalnya.
Daerah yang ada di pinggiran sungai dengan mayoritas masyarakat bekerja sebagai pedagang tradisional dan mengangkut barang Malaysia, tidak lagi bisa beraktivitas seperti biasa.
Baca juga: Imbas Lockdown Total Malaysia, Penjagaan Jalur Tikus di Nunukan Diperketat
Demikian pula nelayan dan pekebun yang biasa menjual hasil kerja mereka ke Malaysia.
"Tadinya meski lockdown diberlakukan juga, masih ada pemasukan untuk pebisnis barang Malaysia termasuk buruh. Mereka masih bisa belanja dan ambil barang di Malaysia. Sekarang semua berhenti karena lockdown total," ujar Pelaksana tugas (Plt) Camat Lumbis Pansiangan, Lumbis, dihubungi Jumat (4/6/2021).
Lumbis mengatakan, masyarakat harus rela merogoh kocek lebih dalam untuk membeli Sembako di Kecamatan lain di Mansalong, yang jarak tempuhnya sekitar 4 jam perjalanan dari Lumbis Pansiangan, atau 8 jam perjalanan pulang pergi.
"Butuh 300 liter bensin sekali jalan, kalau dirupiahkan sekitar Rp 3 juta. Dengan biaya transportasi tinggi tentu harga Sembako juga menyesuaikan, yang tentu jauh lebih mahal," katanya.
Baca juga: Banjir Kiriman Malaysia Berangsur Surut, Masih 80 Rumah di Nunukan Terendam
Pemerintah Kecamatan Lumbis Pansiangan memiliki cara untuk mempertahankan pendapatan masyarakatnya.
Pembangunan desa yang digalakkan melalui dana desa memberikan pekerjaan para warga yang terdampak lockdown Malaysia.