Budiono saat itu menanyakan tentang kondisi Bantul, dan sedang akan rapat dengan Presiden SBY.
Setelah beberapa saat datang Gubernur DIY Sri Sultan HB X dari malang menggunakan Helikopter langsung dari Bandara Adi Sucipto menuju RSUD Panembahan Senopati.
"Saat itu ada gempa susulan ada yang kakinya patah sampai merangkak," kata Idham.
Bersama Sultan dan Ketua DPRD Bantul langsung keliling.
Baca juga: Ramai soal Peringatan Dini Tsunami dan Gempa Magnitudo 8,5, Simak Penjelasan BMKG
Setelah keliling, dia memanggil kepala Dinas untuk rapat untuk penanganan korban gempa di kantor PKK yang masih satu kompleks dengan rumah dinas.
"Bu Nur Zainab, Kepala Dinas Kesehatan waktu itu, duduknya selisih tiga orang ada gempa susulan ibu ini lompat sampai dipangkuan saya," kata Idham sambil tertawa.
Akhirnya, bersama DPRD Bantul melakukan perubahan anggaran beberapa hari setelah gempa, seluruh anggaran untuk penanganan korban gempa.
Beberapa hari setelah gempa dia memanggil lurah, dan camat berkoordinasi karena warga tidak bekerja menunggu bantuan.
Agar aktivitas tetap berjalan harus membagi tugas agar perekonomian tetap terjaga.
Idham mengaku ada salah seorang pejabat di Jakarta yang tidak percaya korban meninggal di Bantul tak sampai lebih dari 4.000 orang, karena tidak ada kuburan massal.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang 15 Tahun Gempa Jogja 27 Mei 2006
Akhirnya dia pergi ke Jakarta untuk menjelaskan kondisi sebenarnya, sampai akhirnya pejabat yang tidak disebutkan namanya percaya.