Salin Artikel

Gempa Yogyakarta 2006 dalam Ingatan Mantan Bupati Bantul Idham Samawi

Dia bercerita saat refleksi 15 tahun gempa bumi Yogyakarta di Monumen Tugu Prasasti Episentrum Gempa Bumi Bantul tahun 2006, Pedukuhan Potrobayan, Kalurahan Srihardono, Kapanewon Pundong, Kabupaten Bantul Kamis (27/5/2021).

Kala itu, Idham yang masih tinggal di Rumah Dinas Bupati Bantul di Kapanewon Trirenggo, sedang memberi makan ayam di belakang rumah.

Saat itu muncul bunyi 'kresek-kresek' dari daun yang ada di sekitar rumah dinas.

"Daunnya kresek-kresek gitu masih pelan, saya pikir apa waktu itu pikir saya gunung merapi. Ternyata getarannya semakin kencang tubuh saya bergetar," kata Idham.

Waktu itu dia mencari cucunya yang masih di dalam rumah.

Saat melewati kolam airnya muncrat hingga separuh. Beruntung cucunya sudah digendong oleh istrinya.

Dia pun keluar rumah dan melihat warga sudah membawa sanak saudaranya yang terluka menuju RSUD Panembahan Senopati.

Idham langsung bergegas ganti celana panjang pergi ke RSUD Panembahan Senopati, sekitar pukul 06.45 WIB.

Saat itu sudah banyak korban. Bahkan ada yang diletakkan di parkiran kendaraan tanpa alas.

"Yang menjadi sangat dramatis sekali, saya dilapori dari Selatan pada mengungsi lari semua karena diisukan ada tsunami," kata Idham.

"Saya dapat kabar satu keluarga, salah satu anggota keluarganya meninggal. Diikat di Pohon karena takut tsunaminya datang jenazahnya terbawa air," sambung Idham.

Bersama Kapolres dan Komandan Kodim Bantul, dirinya bagi tugas di RSUD Panembahan Senopati meyakinkan masyarakat tidak ada tsunami.

Idham mengaku menjadi saksi ketika ada warga yang mencari keluarganya di rumah sakit, sampai 2 jam, akhirnya ditemukan meninggal dunia.

"Saya ingat waktu itu menteri yang menelpon saya Pak Budiono Menteri Keuangan (kemudian menjadi Wakil Presiden) kira-kira jam 08.10 WIB," kata Idham

Setelah beberapa saat datang Gubernur DIY Sri Sultan HB X dari malang menggunakan Helikopter langsung dari Bandara Adi Sucipto menuju RSUD Panembahan Senopati.

"Saat itu ada gempa susulan ada yang kakinya patah sampai merangkak," kata Idham.

Bersama Sultan dan Ketua DPRD Bantul langsung keliling.

Setelah keliling, dia memanggil kepala Dinas untuk rapat untuk penanganan korban gempa di kantor PKK yang masih satu kompleks dengan rumah dinas.

"Bu Nur Zainab, Kepala Dinas Kesehatan waktu itu, duduknya selisih tiga orang ada gempa susulan ibu ini lompat sampai dipangkuan saya," kata Idham sambil tertawa.

Akhirnya, bersama DPRD Bantul melakukan perubahan anggaran beberapa hari setelah gempa, seluruh anggaran untuk penanganan korban gempa.

Beberapa hari setelah gempa dia memanggil lurah, dan camat berkoordinasi karena warga tidak bekerja menunggu bantuan.

Agar aktivitas tetap berjalan harus membagi tugas agar perekonomian tetap terjaga.

Idham mengaku ada salah seorang pejabat di Jakarta yang tidak percaya korban meninggal di Bantul tak sampai lebih dari 4.000 orang, karena tidak ada kuburan massal.

Akhirnya dia pergi ke Jakarta untuk menjelaskan kondisi sebenarnya, sampai akhirnya pejabat yang tidak disebutkan namanya percaya.


Proses rehabilitasi Pascagempa

Pemerintah Pusat akan memberikan bantuan terhadap korban gempa yang rumahnya rusak.

Awalnya pemerintah menyampaikan akan diberikan Rp 30 juta, akhirnya direvisi menjadi Rp 15 juta.

Saat itu pemberian bantuan diberikan per termin, termin pertama 40 persen. Lalu lewat  kesepakatan, dilakukan pembentukan kelompok.

Masing-masing kelompok masyarakat penerima bantuan terdiri dari 15 kepala keluarga.

Karena termin hanya 40 persen, maka diusulkan agar 6 KK yang rumahnya rusak dibangun dulu sampai jadi, sisanya menunggu termin berikutnya.

Usulan itu, sempat ditolak masyarakat. Bahkan Idham didemo oleh masyarakatnya sendiri.

Meski demikian, pemkab Bantul tak bergeming, tetap seperti awalnya.

"Untuk menentukan ada kriterianya misalnya ada keluarganya meninggal tetapi yang menentukan pokmas (kelompok masyarakat)," kata Idham

Setelah dua tahun gempa, dirinya didatangi oleh wartawan dari beberapa negara karena dalam waktu singkat bisa menyelesaikan.

Saat itu dia tidak mau diwawancarai para wartawan itu, Idham menyuruh untuk berkeliling Bantul selama tiga hari baru bertemu dirinya.

"Tiga hari kemudian mereka bertemu saya lagi. 'Pak bupati itu ndak mungkin dengan uang Rp 15 juta bisa membangun seperti itu', saya sampaikan dalam wawancara itu karena gotong royong," kata dia

"Saya jelaskan 15 anggota pokmas, yang mendapatkan bantuan yang pertama dibangun 6, yang 9 ikut kerja tanpa dibayar. Mereka tidak percaya, Ah pak bupati apakah mereka mau bekerja tanpa dibayar? itulah Indonesia saya jawab," kata Idham menirukan proses wawancara.

Bantuan tidak hanya dari warga sekitar, tetapi datang dari Jawa Tengah.

Banyak pekerja bangunan dari Magelang, Kebumen, dan sekitarnya datang ke Bantul membantu masyarakat.

"Dua tiga tahun kemudian BPK melakukan audit di seluruh Bantul satu rumah rata-rata dibangun Rp 37 juta, padahal bantuan pemerintah Rp 15 juta," ucap Idham


Idham pun harus berjibaku agar masyarakat tidak meminta bantuan kepada pengendara yang lewat.

Pemkab Bantul membuat ratusan sepanduk memberi semangat kepada masyarakat misalnya 'Harta benda boleh hancur, Harga diri tidak boleh luntur' 'Bantul Bangkit, Bantul Gumbregah'.

Dia bercerita menolak penelitian terkait penelitian gempa, dari salah satu universitas di Amerika Serikat.

Saat terjadi gempa di Jawa Barat dan Sumatera Barat, dia ikut membimbing penanganannya.

Bahkan Idham sampai Ke Tokyo, Jepang, untuk bicara terkait penanganan gempa.

Saat pemulihan pascagempa, banyak investor yang lari dari Bantul.

Idham membuat gebrakan, kepada investor yang masuk pertama kali, sewa tanahnya dibayar pemkab Bantul selama 20 tahun.

Saat itu perusahaan dari Korea Selatan masuk, dan menyerap tenaga kerja lebih dari 7.000 orang.

Meski diakuinya, sempat dipanggil penegak hukum. Namun dia memiliki setiap tahun ratusan juta, rakyat Bantul bisa mendapatkan miliaran rupiah, dan tidak menganggur.

Pemerintah RI bisa mendapatkan devisa negara karena ekspor.

https://regional.kompas.com/read/2021/05/27/172403978/gempa-yogyakarta-2006-dalam-ingatan-mantan-bupati-bantul-idham-samawi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke